...'Watashi wa Nippon ga suki'..

...'naneun hangug-eul joh-a'...

............I like korea...........

............I like japan...........

Note : if you do not understand with Indonesian leanguage, you can translate with the translator at the bottom of the red

jika ingin meng copy paste ' artikel yang ada di blog ALL ABOUT KOREA AND JAPAN, tolong cantumkan nama Credit/sumber serta alamat blog ALL ABOUT KOREA AND JAPAN ya ^^

Showing posts with label Tokoh Sejarah Korea. Show all posts
Showing posts with label Tokoh Sejarah Korea. Show all posts

Thursday, August 2, 2012

Olimpiade : Peraih Medali Emas Pertama Korea Selatan, Yang Jeong-mo



Medali Emas Di Korea Selatan

Pertandingan akbar Olimpiade London 2012 telah dimulai dengan jadwal selama 17 hari. Korea Selatan yang kembali menginjakkan kaki di London sejak absen selama 64 tahun setelah maju ke Olimpiade London pada tahun 1948 membidik target dengan istilah 10-10.

Sunday, July 22, 2012

Gye Baek , Jenderal Terakhir Dari Kerajaan Baekje



Orang Yang Kalah Yang Telah Menjadi Simbol Kerajaan Baekje
Dalam sejarah Korea, seorang jenderal dari kerajaan Baekje, yaitu Gye Baek dikalahkan oleh jenderal dari Shilla, Kim Yu-shin di pertempuran Hwangsanbeol. Namun demikian, keberanian dan semangat patriotisme

Pahlawan Dalam Pertempuran Bongodong, Hong Beom-do



Jejak Untuk Perjuangan Anti Jepang

Akibat aneksasi Korea oleh Jepang pada tahun 1910, kerajaan Joseon yang bersejarah 500 tahun runtuh dan Semenanjung Korea dikuasai oleh Jepang, dan sekian banyak pejuang kemerdekaan menuju Manchuria untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Pada waktu itu, para pejuang mendirikan sekolah militer Shinheung yang merupakan ayunan kegiatan kemerdekaan di Manchuria, serta melakukan pertempuran Cheongsanri dan Bongodong untuk menumpas Jepang. Diantara para pejuang, ada seorang pejuang kemerdekaan yang menorehkan tinta emas dalam sejarah Korea lewat pertempuran Bongodong dan Cheongsanri, yaitu Hong Beom-do.

 Masuk Tentara Sebagai Peniup Seruling Dalam Usia 15 Tahun

Hong Beom-do yang lahir pada tahun 1868 di rumah petani yang miskin di Pyengyang mengalami kesulitan sejak masih kecil, karena ibunya meninggal dunia dalam 7 hari setelah melahirkannya dan ayahnya juga meninggal dunia saat dia berusia 9 tahun. Setelah itu, dia dibesarkan oleh paman dan saat dia berusia 15 tahun, dia masuk tentara.

Selama 3 tahun dalam kehidupan pasukan militer, dia merasa stabil saja. Namun setelah menyaksikan korupsi yang dilakukan oleh atasannya, dia melarikan diri dari pasukan. Akhirnya, dia menjadi pemburu binatang. Demikianlah, dia menjalani hidupnya yang tidak terkait dengan kenyataan di dunia, namun pada bulan Agustus tahun 1895, terjadilah Insiden Eulmi dimana mata-mata Jepang membunuh Maharani Myeongseong.


 Mulai Berkegiatan Sebagai Militer Pembela Negara

Mangkatnya Maharani Meyongseong mengakibatkan rakyat Joseon marah, sehingga tantangan dari pasukan militer pembela negara giat dilaksanakan di seluruh daerah di Joseon. Hong Beom-do juga ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut untuk membela negara, dan menaklukkan pasukan militer Jepang.

Pada tanggal 3 September 1907, pihak Jepang harus memberlakukan peraturan untuk mengambil paksa segala jenis persenjataan yang dimiliki oleh orang Korea, sehingga Hong Beom-do mengumpulkan pasukan militer pembela negara untuk menaklukkan pasukan Jepang. Berkat kegiatan aktif dan prestasi yang diraih saat menyerang pasukan Jepang, dia dijuluki sebagai 'Hong Beom-do Yang Terbang.' Namun, kegiatan pasukan militer pembela negara dari Hong Beom-do lebih aktif dilaksanakan setelah aneksasi Korea oleh Jepang pada tahun 1910 di Manchria.


 Pembukaan Pertempuran Besar, Bongodong

Hong Beom-do yang telah mengibarkan namanya sebagai pemimpin pasukan militer pembela negara menjadi komandan pasukan kemerdekaan setelah berlangsungnya gerakan perjuangan kemerdekaan 1 Maret tahun 1919. Pasukan yang terdiri dari 400 orang militer meraih prestasi besar untuk menyerang pasukan Jepang. Untuk menantang kegiatan pasukan Hong Beom-do, pihak Jepang juga menyerang daerah Bongodong yang merupakan pusat kegiatan kemerdekaan. Walaupun jumlah anggota pasukan Hong Beom-do hanya 700 orang, strategi yang yang menggunakan geografi Bongodong sangat bermanfaat untuk menaklukkan pasukan Jepang tanpa kerugian pasukan Hong Beom-do. Dengan demikian, kemenangan pertempuran Bongodong dicatat sebagai prestasi tertinggi yang diraih oleh pasukan militer pembela negara.

 Pahlawan Hilang Dalam Sejarah

Kemenangan pertempuran Bongodong menghidupkan semangat pasukan militer pembela negara. Dengan demikina, hal itu bermanfaat untuk memperoleh kemenangan di dalam pertempuran Nodugu dan Choengsanri. Setelah itu, Hong Beom-do menuju Rusia pada tahun 1921 dan mendirikan sekolah militer Goryeo dengan bantuan dari pemerintah Lenin. Namun, akibat pengkhianatan partai komunis Rusia, banyak anggota pasukannya dibunuh atau ditangkap. Setelah itu, Hong Beom-do hanya menjalankan hidupnya sebagai pemimpin gerakan kemerdekaan, dan meninggal dunia di Siberia 2 tahun sebelum kemerdekaan Korea. Demikianlah, kehidupan pahlawan yang membuka perjuangan anti Jepang berakhir.


Source : http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_koreanstory_detail.htm?No=42349

Monday, July 16, 2012

Choi Seung-ro Yang Menegakkan Ideologi Politik Goryeo


Desainer Untuk Era

Walaupun sejarah berjalan seperti ombak besar yang tidak diatasi oleh seseorang, kadang-kadang arusnya dapat berubah, karena ada seseorang yang istimewa. Seseorang yang istimewa itu berarti tokoh yang membangun negara baru seperti halnya Jeong Do-jeon pada akhir Goryeo dan awal kerajaan Joseon atau Kim Ok-gyun pada era berlangsungnya proses Barat. Pada era kerajaan Goryeo, Choi Seung-ro menegakkan sistem negara dan menstabilkan kekuasaan raja.

Saturday, July 7, 2012

Hong Sun-eon, Penerjemah Yang Menggerakkan Cina


Penerjemah Joseon

Joseon merupakan negara yang dipimpin oleh kalangan sosial tertinggi, Yangban. Namun pada waktu itu, ada orang-orang yang menunjukkan keahlian seperti halnya seorang penerjemah yang memiliki kemampuan berbahasa asing. Walaupun mereka tergolong sebagai kalangan sosial menengah dinamakan 'Jungin', para penerjemah serupa itu mengibarkan namanya di dalam sejarah. Diantaranya, mari kita cermati kehidupan penerjemah Hong Sun-eon yang berperan penting dalam Imjimwaeran, yaitu invasi Jepang ke Korea pada tahun 1592.

Bintang Baru Bagi Agama Buddha Modern, Biksu Gyeongheo

 
 
Semangat Hidup Untuk Agama Buddha Korea

Seorang profesor dari Universitas Columbia, Robert Thurman yang dipilih oleh pihak majalah Time sebagai salah satu dari 25 tokoh yang berpengaruh besar di AS menyatakan rasa hormat terhadap biksu Gyeongheo sebagai berikutnya.

Sunday, June 3, 2012

Schweitzer di Korea, Jang Gi-ryeo


http://world.kbs.co.kr/src/images/korean_story/1337235662khi_120517_l.jpg

Tokoh Yang Paling Dihormati

Orang yang mendapat pendidikan dari seorang guru baik dapat memperoleh kebijaksanaan, yang mampu menjalani hidupnya dengan berani. Alasannya adalah karena guru adalah kompas yang menunjukkan arah benar dan guru berfungsi sebagai lampu yang menerangkan kegelapan. Nah, kalau begitu, siapa yang terpilih sebagai guru yang mewakili Korea? Menurut hasil survei yang diarahkan kepada 1.500 orang di 30 bidang meliputi politik, ekonomi, sosial, dll, para pakar memilih dokter Jang Gi-ryeo sebagai tokoh yang paling dihormati di bidang medis. 800 orang dokter di Korea juga memilih dokter Jang Gi-ryeo sebagai dokter yang dinilai tertinggi di Korea. Nah, siapa dokter Jang Gi-ryeo, sehingga dia mendapat penghormatan tertinggi dari generasi berikutnya?

Dokter Jenius

Jang Gi-ryeo lahir di provinsi Pyeongan Utara pada tahun 1911 dan tamat perguruan tinggi khusus kedokteran dengan urutan puncak pada tahun 1932. Setelah itu, dia tetap berkarir sebagai asisten profesor dan ahli bedah, namun dia menolak jalan yang lurus untuk kesuksesan. Untuk mengorbankan kehidupannya demi orang-orang yang tidak mendapat manfaat medis, dia pindah rumah sakit yang beraliran agama Kristen pada tahun 1940.

Tiga tahun kemudian, Jang Gi-ryeo mendapat banyak sorotan sebagai dokter jenius, karena berhasil melakukan operasi untuk mengangkat tumor yang dimiliki oleh seorang pasien yang menderita kanker hati untuk pertama kali di Korea. Namun, akibat pecahnya Perang Korea pada tahun 1950, dia bertolak menuju kota Busan untuk memnberikan perawatan terhadap warga masyarakat yang mengalami kesengsaraan. Pada tahun 1951, dia membuka rumah sakit gratis dengan mendirikan 3 buah tenda yang diambil dari pasukan AS dan mulai saat itu, dia menjalani hidupnya sebagai dokter yang memihak kepada pasien kurang mampu dan terus melakukan kegiatan sukarela.


 Mekarnya 'Bunga Kedokteran'

Untuk para pasien yang tidak mampu membayar biaya operasi, dia rela menghabiskan gajinya, dan membuat para pasien yang kurang mampu melarikan diri lewat pintu belakang rumah sakit, walaupun mereka tidak membayar. Berkat kegiatan yang bersifat manusiawi itu, ada banyak julukan mengenai dia seperti Yesus kecil, Schweitzer di Korea, Heo Jun di masa modern, dokter si bodoh, dll.

Jang Gi-ryeo membuka ufuk baru di bidang pengobatan hati, karena dia berhasil melakukan penyayatan hati untuk pertama kali sebagai dokter Korea saat teknologi di bidang pengobatan hati masih dinilai lemah menjelang tahun 1959. Selain itu, dia membentuk 'Koperasi Medikal Palang Biru' pada tahun 1968 dan koperasi tersebut menjadi akar untuk sistem asuransi medikal nasional yang diterapkan oleh Korea pada tahun 1989 dengan urutan ke-18 di dunia dan urutan kedua di Asia.


 Kehidupan Yang Sederhana Untuk Berbagi Hati

Jang Gi-ryeo yang melakukan kegiatan sukarela di bidang medis mendapat sejumlah hadiah termasuk 'Hadiah Magsaysay.' Setelah meninggal dunia pada tahun 2005, dia menerima tanda bintang jasa Mugunghwa, dan namanya diangkat dalam 'Hall of Fame' di bidang tokoh ilmu pengetahuan. Namun, kehidupan pribadi jauh dari kebahagiaan. Saat pecahnya Perang Korea, dia meninggalkan 5 orang anak dan isterinya di Korea Utara, sehingga tinggal sendiri sampai dia meninggal dunia dalam usia 86 tahun dan tidak pernah memiliki rumah sendiri. Oleh karena itu, benda yang dia tinggalkan setelah meninggal dunia adalah gaun dokter yang sudah kuno, kaca mata berwarna hitam, dan foto yang diambil bersama isterinya. Namun, tulisan yang dia tinggalkan membuat kita merasakan betapa tingginya semangat terhadap kehidupannya.

'Hari ketika saya menjadi dokter hingga sekarang, saya tidak pernah melupakan rasa tanggung jawab terhadap pasien yang tidak membayar biaya pengobatan. Jika saya menjalani kehidupan tanpa melupakan rasa tanggung jawab itu, kehidupan saya berhasil sukses, namun jika saya menjalani hidup dengan melupakannya, kehidupan saya tidak berarti.'

Demikianlah, Jang Gi-ryeo tetap mempraktekkan tujuan kehidupan 'ketidakpunyaan dan kegiatan sukarela.' Tidaklah berlebihan bila mengatakan bahwa dia adalah guru agung yang menunjukkan makna keberhasilan yang hakiki.


 Source : Kbs worldhttp://world.kbs.co.kr
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

Pahlawan Di Bidang Sepeda, Eom Bok-dong



Kapal Terbang Ahn Chang-nam Di Langit, Sepeda Eom Bok-dong Di Darat
Pada masa penjajahan Jepang menjelang tahun 1920-an, pilot pertama Korea adalah Ahn Chang-nam dan pahlawan sepeda Eom Bok-dong cukup menghilangkan kesedihan bangsa Korea. Khususnya, atlet sepeda Eom Bok-dong yang menang dengan mampu mengalahkan para atlet sepeda Jepang merupakan jati diri bangsa Korea.

Kelahiran Bintang Sepeda
Diperkirakan sepeda dimasukkan untuk pertama kali ke Korea menjelang era masuknya proses Barat, sehingga dijadikan sebagai sarana pengangkutan bagi kalangan kaya. Pada awal tahun 1900-an, perlombaan balap sepeda mulai digelar untuk mendorong pembelian sepeda, dan perlombagaan sepeda serupa itu mulai diminati saat itu. Dengan demikian, para penjual sepeda membesarkan karyawannya sebagai atlet sepeda seperti halnya atlet Eom Bok-dong.

Eom Bok-dong yang lahir di Seoul pada tahun 1892 mulai bekerja di toko sepeda di kota Pyeongtaek dan mulai berlatih untuk naik sepeda sebagai atlet amatir dengan menempuh jarak antara Seoul dan Pyeongtaek. Namun, pada usia 21 tahun, dia menjadi pahlawan Joseon setelah menang di dalam perlombaan sepeda nasional Joseon. Pertandingan itu diadakan di kota Incheon, Yongsan dan Pyeongyang, namun Eom Bok-dong menempati urutan puncak di pertandingan Yongsan dengan mengalahkan 4 atlet Jepang. Khususnya, di dalam perlombaan Pyeongyang, Eom Bok-dong menempati urutan puncak, dan atlet Hwang Su-bok juga menduduki urutan ke-3, sehingga cukup mengharukan hati bangsa Korea yang ditindas oleh Jepang.

Pahlawan Sepeda
Setelah diberitakan kabar kemenangan Eom Bok-dong, perlombaan sepeda menjadi acara olahraga ternama dan Eom Bok-dong terus memperoleh kemenangan secara berturut-turut. Khususnya, Eom Bok-dong memanfaatkan strategi tersendiri untuk balap sepeda, maka hal tersebut membuat para penonton merasa tegang.

Demikianlah, Eom Bok-dong tetap mempertahankan keunggulannya dalam lomba balap sepeda, namun berbagai peristiwa yang tidak masuk akal juga terjadi untuk merintangi kemenangannya. Misalkan, saat berlangsungnya perlombaan balap sepeda pada tahun 1920, wasit Jepang sengaja menghentikan perlombaan dengan alasan tibanya senja walaupun Eom Bok-dong sudah hampir menang. Dengan demikian, Eom Bok-dong menantang keras terhadap keputusan wasit tersebut dan orang-orang Jepang memukuli Eom Bok-dong. Pada perlombaan balap sepeda yang diadakan pada tahun 1922, Eom Bok-dong mengalami cedera akibat rintangan seorang atlet Jepang, namun dia berhasil memperoleh kemenangan. Setelah itu, Eom Bok-dong terus meraih kemenangan, dan saat dia maju ke perlombaan balap sepeda yang berjarak 10 km pada tahun 1932 dalam usia 48 tahun, dia tetap menang, sehingga memperoleh julukan 'Phoenix.'
 
Walaupun Pahlawan Hilang, Namun Namanya Tetap Cemerlang
Eom Bok-dong yang mampu mengatasi kesulitan apapun menjadi ikon untuk harapan dan jati diri bangsa Korea yang menghilangkan rasa putus asa dibawah penjajahan Jepang. Dia meninggal dunia pada tahun 1951 akibat terkena letusan bom di sebuah gunung sekitar Dongducheon saat pecahnya Perang Korea. Untuk memperingati pahlawan sepeda, Federasi Sepeda Korea mengadakan perlombaan sepeda sejak tahun 1977 dan katanya tahun ini, film mengenai Eom Bok-dong juga akan dibuat. Nah, Eom Bok-dong yang menyatukan bangsa Korea dibawah penjajahan Jepang... Namanya pasti tetap diperingati oleh bangsa Korea.


Source :  http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_koreanstory_detail.htm?No=40982
Shared By TR@IniSajaMo 
Repost : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

Saturday, June 2, 2012

Ratu Myeongseong,Sang Inovator Dalam Bidang Pendidikan dan Pers


200501130035_02

Ratu Myeongseong adalah istri pertama Raja Gojong yang sah. Beliau diberi gelar 효자원성정화합천명성태황후; Hyoja Wonseong Jeonghwa Hapcheon Myeongseong Taehwanghu, atau sering disingkat menjadi 명성황후; Myeongseong Hwanghu. Namanya dikenal seiring sumbangsihnya terhadap kemajuan Korea dan juga kisah tragisnya menjadi hal yang paling kontroversial bagi Korea dan Jepang. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana rupa sang Ratu, foto-foto yang beredar di internet menyimpulkan dua versi. Ada yang bilang itu foto asli, dan ada juga yang bilang itu foto salah satu dayang dari sang Ratu.

Kisah sang ratu di jaman modern ini pun diperbaharui dan diangkat ke dalam novel, drama tv, dan juga drama musikal. Di Korea, sang ratu dipandang sebagai tokoh pahlawan yang tidak pantang mundur dalam pergulatan politik dan juga diplomatik untuk menjauhkan campur tangan negara asing dari Korea. Beliau berencana untuk memodernisasikan Korea, namun usahanya ini dinilai oleh Jepang buruk untuk tujuan kolonisasi mereka di asia. Dari sinilah perjuangan Myeongseong Hwanghu dimulai.

Myeongseong Hwanghu lahir dari keluarga birokrat Min, Klan Min melahirkan birokrat-birokrat ternama pada masanya, selain itu, dua wanita sebelumnya dari Klan Min pernah menjadi ratu juga sebelum dirinya. Wongyeong Hwanghu, istri raja Taejong dari dinasti Jeoson dan Minhyeon Hwanghu, istri raja Sukjong.

Pada saat Myeongseong lahir, Klan Min sedang menghadapi masalah kemiskinan dan hampir tidak punya posisi apa-apa dalam masyarakat. Myeongseong adalah puteri dari Min Chi-Rok (민치록). Saat raja Gojong memasuki usia 16 tahun, ayahnya memutuskan bahwa sudah waktunya ia menikah, banyak kandidat namun tidak ada yang cocok untuk dijadikan istri untuk puteranya itu. Sampai satu hari istri dari Daewongun (민부대부인) memberikan suaranya untuk dipertimbangkan mengambil pengantin dari keluarganya, ia mengatakan kalau gadis itu datang dari keluarga baik-baik, namun tidak punya orangtua, cantik dan juga memuji kepintarannya.

Akhirnya perjodohan antara calon raja dengan Myeongseong pun berhasil, mereka menikah di gedung Injeongjeon di istana Changdeok. Acara pernikahannya sangat mewah dan memakan waktu 3 hari. Pengangkatannya sebagai calon ratu(민대비 Min Daebi ;Ratu Min) bersanding dengan putera mahkota yang akan diangkat jadi raja, setelah resmi menjadi ratu, beliau diberi gelar Yang Mulia Ratu (중전마마).

Beliau adalah wanita yang tegas dan ambisius tidak seperti ratu-ratu pendahulunya yang lain, yang selalu suka dengan kemewahan, mengadakan jamuan makan bersama para anggota kerajaan lainnya, kecuali memang ada kepentingan politik yang harus diselesaikan dengan perjamuan makan seperti itu. Beliau jarang sekali terlihat bersama dengan raja Gojong yang sibuk dengan para dayang dan juga gisaengnya, jadi ia lebih sering terlihat membaca buku-buku filosofi, sejarah, pengetahuan, politik, dan agama. Tradisi wanita untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi dan juga status sosial yang sama dengan pria adalah warisan emansipasi sang ratu yang dianut oleh wanita-wanita di Korea pada masa ini.

Saat menginjak usia 20 tahun, beliau mulai aktif memasuki dunia politik, dan mengumpulkan fakta-fakta kuat untuk melawan Heungseon Daewongun. Sang calon ratu membela haknya sendiri karena para pejabat tinggi melihat dirinya hanya ikut-ikutan mencampuri urusan negara. Oleh karena masalah itu, Heungseon Daewangun sangat marah dengan keagresifan-nya.

Konflik antara Heungseon Daewangun dan sang calon ratu pun telah sampai pada telinga publik, apalagi ketika calon ratu melahirkan bayi premature dan akhirnya meninggal, meninggalkan efek politik yang besar. Heungseon Daewangun memerintahkan agar raja Gojong memilih mempunyai anak dari salah seorang selir kerajaan, Yeongbodang Yi.

Tahun 1880, selir ini melahirkan seorang putera yang sehat, dan oleh Heungseon Daewangun disebut sebagai putera mahkota bernama Pangeran Wanhwagun.
Karena itu, beliau bersama-sama dengan Min Seung-ho, dan pelajar Choi Ik-hyun menulis surat pertanggungjawaban resmi terhadap Haeungseon Daewangun untuk diberikan pada dewan kerajaan, agar raja Gojong yang sekarang berusia 22 tahun bisa melakukan hak dan kewajibannya mengatur negara tanpa campur tangan ayahnya. Setelah surat itu dikabulkan, Haeungseon Daewangun akhirnya menerima keputusan penurunan tahta dan tinggal di paviliun di sekitar Yangju pada tahun 1872. Kemudian, setelah menjadi ratu, selir dan juga anak itu diusir dari kerajaan oleh Ratu Min. Beberapa waktu kemudian, sang anak dari selir Yeongbodang Yi meninggal, dan ratu pun diisukan punya andil dalam kematian sang calon putera mahkota.

Pemerintah Jepang yang terobsesi menyaingi kekaisaran Eropa dengan memakai tradisi perjanjian-timpang mengirin kapal perang Unyo ke Busan dan kapal perang lainnya ke teluk Yonghung dengan alasan alih perjalanan. Karena itu Korea terpaksa membuka pintu masuk jalur laut untuk Jepang. Kapal perang Unyo mengadu untung di perairan kepulauan Ganhwa yang sengaja dibatasi membangkitkan serangan dari tepi pantai Korea dan terjadi kerusuhan. Unyo langsung melarikan diri, tapi insiden ini dipakai oleh orang Jepang untuk membuka paksa perjanjian denga n pihak Korea. Pada tahun 1876, kapal angkatan perang Jepang dan seorang utusannya didatangkan untuk mengurusi perjanjian ini.
Berbagai pelabuhan dibuka untuk melayani jalur perdagangan Jepang, yang mengakibatkan pedagang-pedagang Korea rugi, dan Jepang meraup untung besar.

 Revolusi Sosial.
Pada tahun 1877, Gojong dan Min menugaskan Kim Gwang-jip untuk belajar tentang westernisasi Jepang dan tujuan Jepang pada Korea. Saat itu Kim dan juga tim-nya terkaget-kaget ketikam elihat keadaan Jepang sekarang, dulu Busan dan Seoul adalah metropolitan di asia tenggara, namun kini Tokyo dan Osaka benar-benar berubah setelah menerapkan budaya barat. Di sini pun, Kim bertemu dengan duta besar Cina di Tokyo Ho Ju-chang dan penasehatnya Huang Tsun-hsien. Mereka membicarakan tentang hubungan diplomatik Qing dan Jeoson, dan Huang Tsun-hsien memberikan sebuah buku pada Kim yang berjudul, ‘Strategi Korea’. Saat itu, Cina tidak lagi mendominasi asia timur, dan Korea tidak lagi menikmati kecanggihan teknik militer yang terkalahkan oleh Jepang.

Ditambah lagi, Rusia memulai perluasan daerah kekuasaannya hingga ke asia. Huang menasehatkan agar Korea bergabung dengan Cina mengambil kebijakkan pro-cina, sedangkan perjanjian dengan Jepang untuk sementara waktu dipertahankan. Ia memberitahukan padanya agar memcoba bersekutu dengan Amerika Serikat untuk melindungi dari invasi Rusia, memcoba membuka hubungan perdagangan dengan bangsa barat dan mengambil teknologi barat. Huang menyadari bahwa Cina pernah mencoba namun gagal karena tempatnya yang luas, tetapi Korea lebih kecil daripada Jepang. Huang juga mengusulkan agar pemuda-pemuda Korea belajar di Cina dan Jepang, dan guru-guru ilmu teknik dan ilmiahdari negara barat diundang ke Korea untuk mengajar.

Saat Kim kembali ke Korea, ia membicarakan ide-ide itu pada raja Gojong dan Min. Meskipun banyak kelompok yang menentang usul membuka jalur perdagangan denga nnegara-negara barat, hal itu tetap dilakukan oleh Min dengan mengubah tatanan pemerintahan dengan membentuk biro-biro yang menangani hubungan luar negeri dengan Cina,Jepang dan Barat. Biro perdagangan, dan juga biro yang menangani teknologi militer.

Pada tahun yang sama, Min menandatangani perjanjian tentang mengirim tentara lulusan terbaik untuk belajar di Qing, Cina. Dengan penuh semangat pihak Jepang pun menyuplai peralatan perang untuk dipakai oleh mereka di sana. Ratu Min menyetujui, namun ia mengingatkan pada pihak Jepang bahwa mereka tetap akan dikirim ke Cina untuk mengikuti latihan.

Modernisasi ini terlebih lagi militernya, mendapat kecaman dari berbagai pihak. Karena perlakuan khusus para tentara yang mendapatkan kesempatan belajar itu membuat iri yang lain. Pada tahun 1881, sebuah plot politik dimulai untuk menjatuhkan Min, menggeser Gojong yang duduk sebagai Raja dengan memberikan posisi raja kepada anak ke tiganya Yi Jae-son oleh Heungson Daewangun. Mendengar hal itu, Min marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena Heungson Daewangun adalah ayah sang raja.

Pemberontakan 1882.
Anggota militer penatua tidak senang dengan kesatuan-kesatuan baru yang mendapatkan teknologi militer terbaru marah dan menyerang rumah Min Kyeong-ho yang masih kerabat ratu dan juga pimpinan pasukan khusus tersebut. Kemudian pemberontak itu mencari bantuan pada Heungseon Daewangun, lalu ia mengambil alih kesatuan militer lama yang datang padanya.

Ia memerintahkan untuk menyerang daerah administratif Seoul yang terletak di istana Gyeongbuk, markas hubungan diplomatik, pusat kajian militer, dan lembaga ilmu pengetahuan. Tentara menyerang kantor polisi untuk membebaskan kawan yang sudah ditangkap dan lalu memulai mengobrak-abrik perkebunan dan rumah besar pribadi keluarga Ratu. Kesatuan-kesatuan pemberontak ini mencuri senapan dan alat-alat perang lainnya dan mulai membunuh satu-persatu staff pengajar militer Jepang, hampir saja mereka membunuh sang utusan Jepang yang akan datang ke Seoul dan kabur ke Incheon. Pemberontak itu juga menyerang masuk ke dalam kerajaan, untungnya ratu dan raja menyamar dan mereka bisa melarikan diri ke Jeongju, dirumah salah satu kerabatnya untuk bersembunyi sementara waktu.

Banyak pendukung ratu Min dihukum mati ketika Heungseon Daewangun mengambil alih kekuasaan dari istana Gyeongbuk. Ia membubarkan apa saja yang telah dibentuk oleh sang ratu, mengisolasi Korea, mengusir Cina dan Jepang keluar dengan paksa dari ibukota.
Li Hung-chang dengan izin utusan Korea di Beijing mengirimkan 4.500 orang tentara Cina untuk membantu mengamankan Korea dan menangkap Heungseon Daewangun lalu dibawa ke Cina dengan tuduhan pengkhianatan. Min dan suaminya raja Gojong kembali ke istana dan melakukan pemulihan kekuasaan dan menghapus peraturan-peraturan yang dibuat oleh Heungseon Daewangun.

Tanpa sepengetahuan ratu Min, pihak Jepang secara rahasia menyuruh Gojong menandatangani perjanjian tentang penyerahan uang ganti rugi yang dialamai oleh tentara Jepang sebesar 550.000 yen pada saat pemberontakan berlangsung, dan memperbolehkan pasukan Jepang menjaga kedutaan Jepang di Seoul. Ketika Min mengetahui tentang perjanjian itu, ia segera bertindak dengan memperbaharui perjanjian dengan Cina, dengan memberikan hak istimewa, menutup pelabuhan-pelabuhan agar tidak dapat diakses oleh orang Jepang. Mengambil panglima-panglima besar Cina untuk mengontrol kesatuan perang Korea, dan mengambil penasehat kelautan yang berasal dari Jerman yang bernama Paul George Von Moellendorff.

Dua partai besar saat itu, Saedaedang dan progresif sedang marak-maraknya dengan kegiatan pro-barat tetapi sang ratu harus berbalik melawan partai progresif yang dinilai anti-cina, menurut mereka jika ingin mempercepat westernisasi di korea, korea harus memutuskan ikatan apapun yang terjalin dengan Cina. Sang ratu tidak mau itu terjadi, beliau ingin korea maju secara perlahan agar tidak syok dengan kultur asing yang akan mereka terapkan, terlebih lagi sang ratu adalah anggota partai Saedaedang yang pro-cina dan juga pro-westernisasi.

Sang Pembawa Perubahan.

Bidang Pendidikan
Setelah berbagai konflik yang timbul demi merealisasikan pembaharuan di Korea, akhirnya mereka menikmati ketenangan. Dengan pasukan Jepang berada di luar Jeoseon dan pasukan Cina turut menjaga keamanan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Oleh karena itu perubahan tatanan kehidupan masyarakat ke arah westernisasi tetap dilanjutkan, rencana-rencana itu salah satunya adalah membangun sekolah untuk kalangan elit yang telah direncanakan sejak tahun 1880 tetapi baru dilaksanakan tahun 1885 setelah mendapat ijin dari ratu Min. Kemudian Yugyong Kung-won didirikan, dengan bantuan misionaris dari Amerika Dr. Homer B. Hulbert dan tiga orang misionaris lainnya yang mengatur kurikulum sekolah. Mereka belajar dengan menggunakan bahasa Inggris dan buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa Inggris.

Pada bulan Mei, ratu Min juga membangun sekolah khusus untuk wanita dan diberi nama Euwha Akademi, kini jadi Universitas Ewha yang dinilai sangat prestigius dan elit di Asia. lalu sekolah-sekolah lain bermunculan seperti Baekje Akademi, dan sekolah khusus laki-laki Kyeongshin Akademi. Bukan hanya itu saja yang dilakukan oleh sang ratu, dengan banyaknya misionaris asing datang ke Korea, agama kristen pun mulai masuk. Tidak seperti yang dilakukan oleh Heungseon Daewangun yang menekan/tidak memperbolehkan penyebaran agama baru, beliau tidak melihat ancaman dari doktrin kristen yang mengganggu ajaran moral konfusianisme tersebut.

Bidang Jurnalistik
Koran pertama yang dipublikasikan di Korea bernama Hanseong sunbo. Kemudian dibentuk lagi koran Hanseong Jubo, yang dinilai sebagai bentuk komunikasi natara masyarakat dengan pemimpin bangsanya.

Bidang Pengobatan, Musik dan Religi
Kedatangan Dr. Horace N.Allen yang sengaja dipanggil oleh ratu, dengan ijin sang ratu pula dia emminta agar para misionaris lainnya bisa dipekerjakan sebagai pegawai pemerintah. Dia jugalah yang memperkenalkan ilmu pengobatan modern pada ratu dan membuka klinik modern pertama bernama Gwanghyewon pada bulan februari.

Karena semakin banyak misionaris yang datang dan menyebarkan agama kristen, semakin banyak pula orang korea yang menganut ajaran tersebut, kemudian dibangunlah gereja-gereja di Seoul. Bangsa barat ini juga membuat kontribusi lainnya tentang faham kesejajaran, kemerdekaan, dan juga hak asasi manusia. Begitupula dengan musik, alat musik barat diperkenalkan pada masyarakat, dan konsep belajar musik barat diambil untuk diajarkan di sekolah-sekolah.
Perubahan lainnya diterapkan dibidang militer dan juga ekonominya. Tak terasa perkembangan militer Korea menjadi sangat kuat bahkan Jepang sendiri takut dengan keadaan seperti itu.

Kehidupan sang ratu
Seperti yang disebutkan diatas, pernikahan mereka tidaklah bahagia pada awalnya. Gojong hanya bisa bersenang-senang dengan para selir dan juga gisaeng kerajaan dan ratu tenggelam dengan bacaannya. Mereka mulai saling menyukai setelah Gojong menyadari kepintaran, sifatnya yang tanggap dalam situasi apapun. Meskipun terpilihnya Gojong sebagai raja hanya untuk jadi boneka yang didukung oleh klan Jo, yang digerakkan oleh Heungseon Daewangun. Gojong menemukan bahwa ternyata dia lebih bisa bersandar pada istrinya, mengetahui bahwa masalah yang dihadapi negara semakin hari semakin sulit, ratu adalah batu pegangan untuknya agar tidak terjatuh karena frustasi.
Ada yang mengatakan bahwa pada saat modernisasi Jeoseon, Gojong akhirnya jatuh cinta pada istrinya. Dan kehidupan rumah tangga mereka mulai membaik, mereka sering terlihat bersama, berbincang-bincang tentang masalah-masalah yang mereka hadapi, kebahagiaan yang mereka dapat, dan juga saling merasakan kepedihan yang mereka alami. Dan akhirnya mereka memulai kehidupan sebagai suami istri.

Kemudian kejadian naas tersebut terjadi. Semua yang tertulis dalam buku sejarah Korea tahu kalau ratu dibunuh oleh pasukan khusus Jepang, dan mayatnya dibakar. Tapi kejadian yang sesungguhnya bukan seperti itu.

Setelah diselidiki, ratu Min sebelum ajalnya ditelanjangi, dianiaya, dan diperkosa. Kemudian dalam keadaan masih hidup tubuhnya di siram minyak sebelum akhinya dibakar hidup-hidup. Plot ini direncanakan oleh ayah mertuanya sendiri yang pro-jepang dan pihak Jepang sendiri karena ratu Min berniat untuk mendepak kolonialisasi Jepang di Korea.
Sebuah dokumen penting tentang peristiwa ini akhirnya ditemukan oleh Amabe Gentaro, seorang ahli sejarah Jepang. Dari sinilah diketahui tentang kekejaman pembunuhan sang ratu, dokumen ini dikenal sebagai Eijoh Report (Laporan Eijoh).

Kronologis plot pembunuhan ratu Min.
sekitar jam 5:30 sore, pada bulan Oktober tanggal 18 tahun 1895. Sekumpulan prajurit Jepang diperlengkapi dengan peralatan perang bertugas dalam operasi khusus untuk membunuh ratu Min. Para pembunuh tersebut memasuki istana Gyeongbuk dengan sedikit mengalami kesulitan karena pada saat itu istana dalam penjagaan parjurit Jepang. Mereka dalam aksinya membunuh Hong Gae-hoon, komandan satuan unit penjagaan beserta anak buahnya yang berusaha membarikade para pembunuh itu masuk ke dalam istana.

Raja Gojong pada saat itu menolak interupsi yang datang secara mendadak menyerang kediamannya, namun dia dikalahkan oleh para prajurit Jepang tersebut. Pakaian sang raja terkoyak. Putera Gojong, sang pangeran yang berlari ke pangkuan ayahnya ditarik rambunya dan dilemparkan ke latai kemudian dipukuli.

Kelompok yang lainnya mulai menyusup masuk ke kediaman sang ratu. Menteri kerajaan Lee Gyung-Shik yang juga berusaha menghentikan aksi pembunuh-pembunuh itu malah ditebak ditempat, lalu mayatnya dimutilasi dihadapan raja Gojong. Sang ratu pun di seret dan dibawa kehalaman istana Gyeongbuk, ditelanjangi, diperlakukan tidak senonoh dibagian kemaluannya, diperkosa, dan kemudian dibakar hidup-hidup.

Setelah kematian Ratu Min.
Di katakan kalau raja Gojong tetap setia pada ratu Min, malah setelah kematian istrinya itu sang raja mengurung diri di kamarnya selama berminggu-minggu, menolak untuk melaksanakan tugas-tugasnya, hingga menyebabkan Jepang punya kekuasaan lebih untuk mengatur Korea.

Heungseon Daewangun yang mulai mendapatkan kekuasaannya lagi mendekati Gojong untuk menandatangani perjanjian untuk membantu pihak Jepang untuk menurunkan status ratu Min menjadi warga biasa. Tapi menurut para pelajar, saat itu Gojong mengatakan, “Lebih baik aku mengiris lenganku dan membiarkan darahnya mengalir daripada mempermalukan seorang wanita yang telah menyelamatkan kerajaan ini.” Dengan kesal, Raja Gojong menolak menandatangani surat tersebut dan mengusir mereka.

Pada tahun 1897, King Gojong Menyatakan Korea sebagai Kekaisaran Korea  dan ratu Myeongseong simbol kedaulatan  Joseon dan memicu keinginan masyarakat untuk kebebasan dan kemerdekaan.
 
 Sumber: Wikipedia
 Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!
 

Pelukis Jenius Joseon, Jang Seung-eop



 Pelukis Jenius Yang Dikaruniai Tuhan
Ada banyak pelukis unggul dan jenius di Joseon, seperti Shin Phil, Ahn Gyeon, Shin Saimdang, Jeong Seon, Kim Hong-do, dll. Namun, ada tokoh lain yang dibicarakan saat mengungkapkan pelukis jenius. Dia tiada lain adalah Jang Seung-eop yang memiliki kemampuan dan bakat yang dikaruniai oleh Tuhan pada abad ke-19.

Bakat Melukis Yang Legendaris
Jang Seung-eop yang lahir pada tahun 1843 tinggal di rumah orang lain yaitu Yi Eung-heon (이응헌) sejak masih kecil, karena dia kehilangan kedua orang-tuanya. Yi Eung-heon adalah pejabat penerjemah pemerintah yang sering ke kerajaan Qing, Cina. Dia memiliki banyak lukisan, sehingga rumahnya selalu ramai sekali, karena orang-orang ingin menikmati karya seni lukis yang dia miliki. Oleh sebab itu, Jang Seung-eop memiliki peluang untuk melihat beraneka macam karya seni lukis di rumah Yi Eung-heon sejak masih kecil, sehingga belajar melukis secara alamiah tanpa guru.

Pada suatu hari, Jang Seung-eop mencoba melukis dengan kemauannya, namun lukisan itu cukup mengejutkan Yi Eung-heon. Setelah itu, Yi Eung-heon membuat Jang Seung-eop memusatkan pikirannya dalam melukis, sehingga Jang dapat menampilkan bakatnya sepuas-puasnya, dan juga mendapat banyak sorotan di bidang lukisan Joseon.

Mengibarkan Namanya
Walaupun Jang Seung-eop hanya dapat menuliskan nama saja karena tidak belajar, namun kemampuan melukisnya sangat mengagumkan, sampai-sampai tidak ada benda yang tidak dapat diekspresikan dengan kuasnya. Demikianlah, bakatnya cemerlang di bidang lukisan pemandangan, potret, dll, namun khususnya lukisan mengenai hewan-hewan terasa istimewa.

Hewan-hewan yang dia lukis terasa realistis seperti hewan sesungguhnya, sehingga gaya melukisnya cukup menyesuaikan minat kelas sosial yang kaya pada abad ke-19, 'Jungin'. Demikianlah, Jang Seung-eop semakin termasyur sampai-sampai dipanggil oleh raja untuk melukis.

Kehidupan Yang Bebas Tanpa Menghiraukan Aspek Duniawi
Seperti gaya melukis yang terasa bebas, sifat Jang Seung-eop juga tidak ingin terganggu dengan berbagai hal. Khususnya, saat sedang mabuk dan dikelilingi oleh wanita-wanita cantik yang menuangkannya minuman, dia membuat lukisan paling indah.

Raja Gojong memberi perintah kepadanya agar melukis sekat ruangan yang terdiri dari 10 panel di kamar yang sepi dan hanya mengizinkan untuk minum sekali atau dua kali sehari. Akhirnya, peraturan dalam istana yang harus dipatuhi membuat Jang Seung-eop melarikan diri dari istana, karena dia tidak ingin memperhatikan aspek duniawi seperti kekuasaan, keberuntungan, gengsi, dll. Setelah itu, dia bebas melukis dengan mengelilingi beberapa daerah dan dia meninggal dunia pada tahun 1897 dalam usia 55 tahun.

Walaupun kematiannya tidak diketahui apa penyebabnya, namun Jang Seung-eop yang selalu mengungkapkan hal yang paling bernilai dalam hidup yang terasa sia-sia seperti awan hanya menampilkan lukisan yang telah dan akan terus hidup di dalam lukisannya.

Source : KBS World
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!

Naskah kerajaan akan dikembalikan pada awal Desember


    

Pemerintah Jepang dilaporkan akan mengembalikan buku-buku kerajaan kuno dari dinasti Joseon ke Korea Selatan pada awal Desember paling cepat.

Menurut sumber dari Jepang, pemerintah Tokyo telah setuju akan mengembalikan 1.200 buku yang ditahan oleh pihak rumah tangga kekaisaran Jepang pada tgl. 1 Desember. Sumber itu menambahkan pembahasan rinci mengenai rencana pengembalian tersebut sedang berlangsung untuk mengembalikan dokumen-dokumen kerajaan, termasuk ‘Josoen Wangsil Uigwe.’

Menurut pihak Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, buku-buku yang akan dikembalikan itu akan segera diangkut melalui pesawat secara keseluruhan dan pembahasan tingkat tinggi masih sedang berlangsung sehingga tanggal kepastian untuk pengembalian buku-buku kerajaan itu belum tuntas.

Sesuai kesepakan kedua belah pihak yang mana sebelumnya Jepang menetapkan tanggal pengembalian 6 Juni, pemerintah Jepang akan mengembalikan pada tgl. 10 Desember sekitar 1.200 buku yang telah dijarah selama masa penjajahan Jepang di Semenanjung Korea.

Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda membawa 5 buku diantara 1.205 koleksi buku tersebut sewaktu mengunjungi Korea pada bulan Oktober lalu. Sisa 1.200 akan segera dikembalikan.

Source Kbs world 
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!

1.200 buku kerajaan yang dijarah masa lalu dikembalikan dari Jepang


Seribu dua-ratus buku kuno kerjaaan Korea, termasuk 167 buku Joeson Wangsil Uigwe yang menggambarkan protokol kerajaan dinasti Joseon dikembalikan ke Korea pada hari Selasa.

Buku-buku itu diangkut dengan penerbangan Korea Air dua kali secara terpisah dari bandara internasional Narita, Jepang menuju bandara internasional Incheon pada hari Selasa sore.
Buku-buku yang dijarah masa lalu oleh imperilis Jepang telah tersimpan di Jepang selama 9 dekade. Buku-buku tersebut yang dikenal sebagai Uigwe ditahan oleh Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang.

Menteri Luar Negeri Jepang, Koichiro Gemba memberikan tanggapanya pada hari Selasa bahwa walaupun terdapat kesulitan dalam hubungan Korea Selatan dan Jepang, sangat diharapkan pengembalian buku-buku bersejarah tersebut akan memberikan kontribusi guna meningkatkan kesadaran masyarakat kedua bangsa.


kbs@IniSajaMo
Copas :  allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!

Korea menyambut Kembalinya Arsip Buku Kerajaan Dari Jepang




Arsip dan buku-buku berusia berabad-abad lamanya dari  kerajaan Dinasti Joseon , yang selama ini  disimpan di Badan Rumah Tangga Kekaisaran Jepang, akhirnya tiba kembali di Korea pada tanggal 6 Desember untuk pertama kalinya dalam satu abad.

Di tengah sukacita meluap dari kerumunan yang menyambut kepulangan yang telah lama ditunggu-tunggu, di kedatangan kargo  Bandara Internasional Incheon, dikawal oleh penjaga istana kerajaan dan disertai dengan ritual musik tradisional Korea, sujecheon.


Inilah  upaya mengembalikan benda sejarahtersebut  ke Korea yang akhirnya mendatangkan hasil, 13 tahun setelah Administrasi Warisan Budaya (CHA/Cultural Heritage Administration ) memulai investigasi lapangan di Jepang pada tahun 1998. Pemain penting lain yang terbukti berperan dalam mengejar usaha seperti itu juga hadir hari itu, seperti anggota  Komite Pemulihan Uigwe Dinasti Joseon yakni  kelompok sipil yang didirikan di tahun 2006 untuk mendukung repatriasi.


Kepemilikan arsip yang dijarah - termasuk lebih dari 1.000 catatan Uigwe, dari protokol kerajaan Dinasti Joseon - adalah subjek yang  kembali ke Korea tanggal 10 Desember tahun ini, menurut perjanjian bilateral diadopsi pada tanggal 14 November 2010 oleh Pemerintah  Korea dan Jepang. 2010 menandai peringatan 100 tahun pencaplokan Japans terhadap Korea.


Kembalinya  1.200 volume mengikuti lima volume yang Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda telah serahkan kepada Presiden Lee Myung-bak pada kesempatan pertemuan puncak bilateral mereka di Seoul pada bulan Oktober.Berbeda dengan buku-buku dari arsip kerajaan Korea Oegyujanggak, yang dikembalikan dalam setelah lima tahun dipinjamkan kepada Perpustakaan Nasional Prancis musim semi ini, Jepang mengalihkan kepemilikan warisan arsip ini untyuk  dipulangkan kembali ke Korea hari itu t
Setibanya di Bandara Internasional Incheon, Wakil Pertama Menteri Luar Negeri Park Suk-hwan dan Duta Besar Jepang Masatoshi Muto saling menkonfirmasi secara tertulis  serah terima dari catatan sejarah, di hadapan Kim Chan, administrator dari CHA.


Sehubungan dengan kembalinya arsip Dinasti Joseon , Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (MOFAT) mencatat kerjasama pemerintah Jepang. Menurut pernyataan oleh Cho Byung-je, juru bicara dan Wakil Menteri Humas MOFAT, pemerintah Korea mengharapkan bahwa kembalinya arsip akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan pertukaran budaya dan kerjasama dan mengembangkan lebih lanjut hubungan antara kedua negara.


Sementara itu, upacara merayakan  kembalinya arsip kerajaan dan warisan dokumenter lainnya diselenggarakan pada tanggal 13 Desember di Jongmyo Shrine . Upacara ini dihadiri oleh Menteri Kebudayaan Choe Kwang-shik, serta akademisi, pejabat pemerintah, dan anggota Komite Pemulihan Uigwe Dinasti Joseon.


Administrasi Warisan Budaya mengatur acara lain ke upacara perayaan pada tanggal 16 Desember di Gunung Odae di Propinsi Gangwon  dan Candi Woljeongsa  dalam upaya bersama dengan Komite Pemulihan Uigwe Dinasti Joseon dan Provinsi Gangwon. Sebuah bagian dari protokol  kerajaan untuk memulangkan keaslian Dinasti Joseon yang pada awalnya disimpan di perpustakaan di Gunung Odae sebelum dibawa oleh Jepang.


Dimulai pada tanggal 27 Desember kembali Dinasti Joseon Uigwe dan arsip lainnya akan diresmikan kepada publik melalui pameran khusus di Museum Istana Nasional Korea dalam Gyeongbokgung Palace. Pameran ini akan berlangsung hingga 5 Februari 2011.


Untuk Info lebih lanjut dapat menghubungi :
* Cultural Heritage Administration: www.cha.go.kr (Korean and English)
* National Palace Museum of Korea: www.gogung.go.kr (Korean, English, Chinese and Japanese)






Source = Korea.net
Source : www.dynamic-korea.com... ( English Korean )
Trans Ind : IniSajaMo
Copas :  allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!

Penyair Kim Su-yeong, Menjadi Akar Besar Bagi Syair Modern Korea


  


Karya Awal Penyair Kim Su-yeong Ditemukan
Karya awal seorang penyair yang dievaluasi sebagai karya sesungguhnya membuka ufuk baru di bidang syair modern Korea. Karya ini telah ditemukan baru-baru ini. Itu tiada lain adalah syair berjudul 'Untuk Itu' yang diterbitkan pada tahun 1953 saat meletusnya Perang Korea. Penyair yang mengungkapkan kemalangannya yang terpaksa digelutinya karena situasi era dan sejarah lewat sastra, yaitu Kim Su-yeong... Apa makna kata 'itu' yang terdapat di dalam syairnya?


Awalnya Modernisme
Kim Su-yeong yang lahir pada tahun 1921 di Jongno, Seoul mulai melakukan kegiatan sastra setelah kemerdekaan Korea pada tahun 1945. Dia bergaul dengan penyair yang dipengaruhi oleh kalangan modernisme seperti Kim Gi-rim, Kim Gwang-gyun, dll dan juga menerbitkan syairnya berjudul 'Song of the Royal Shrine’ lewat majalah sastra yang diterbitkan untuk pertama kali setelah kemerdekaan Korea.

Setelah itu, lewat syairnya 'Confucius’ Difficulty in Daily Life’ pada tahun 1949, dia menunjukkan puncak modernisme dan pandangannya yang memandang masyarakat modern. Namun pada tahun 1950, dia terpaksa mengalami kesengsaraan mengerikan secara langsung.

Kehidupan Yang Menyedihkan
Saat meletusnya Perang Korea, dia mengalami kesengsaraan, karena dia dikerah secara paksa dalam pasukan Korea Utara dan akibatnya, dia ditahan dalam kamp tawanan pulau Geoje. Kesengsaraan yang dia alami diungkapkan di dalam syair yang diterbitkan pada tahun 1953. Namun setelah itu, kesengsarannya tetap berlangsung, karena dia harus mencari rezeki lewat penerjemahan, bukan membuat syair lagi.

Bagi Kim Su-yeong yang menciptakan banyak syair yang bersifat modernisme, tahun 50-an membuat dia menyadari bahwa syair tidak jauh dari kehidupan nyata. Setelah itu, dia menggunakan kata-kata biasa dalam syair dan mengalami perubahaan dalam hidupnya pada tahun 1960.


Penyair Untuk Partisipasi Dan Tantangan
Saat berlangsungnya gerakan revolusi pada tanggal 19 April 1960, penyair Kim Su-yeong juga ikut ambil bagian dalam gerakan demonstrasi yang dikuasai oleh warga sipil dan kalangan pelajar untuk mewujudkan demokrasi. Untuk mengungkapkan perasaan yang bergelora pada waktu itu, dia menciptakan banyak syair, namun kudeta 16 Mei tahun 1961 kembali mengecewakannya. Walaupun dia menciptakan syair yang mengkritik kenyataaan secara tajam, namun dia menyadari bahwa dia hanyalah seseorang intelektual kritis yang berhadapan dengan masyarakat tertutup di bawah penindasan politik. Oleh karena itu, dia sering menciptakan syair yang mencemoohkan diri, namun pada tahun 1968, dia menerbitkan syair yang penuh harapan berjudul 'Rumput' yang mengandung daya hidup dari masyarakat.

Lewat daya hidup dari rumput, dia mengungkapkan bahwa masyarakat harus tetap menjalani hidupnya tanpa menyerah walaupun mudah jatuh dan juga merasa kecewa. Namun, sangat disayangkan, dia meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas pada tanggal 16 Juni 1968 dalam 15 hari saja sejak syair tersebut diterbitkan. Setelah kematiannya, pengaruh dari penyair Kim Su-yeong cukup besar, sehingga hal ini menjadi akar terbesar bagi sastra Korea. Penyair Kim Su-yeong yang menyambut genap 90 tahun kelahirannya akan tetap berperan sebagai pohon besar bagi sastrawan generasi berikutnya.

Source Kbs world
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com
 TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!

Tokoh Legendaris Di Dalam Seni Berjalan Di Atas Tali, Baudeogi



Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non-bendawi Manusia, Seni Berjalan Di Atas Tali

Tanggal 28 bulan lalu, tiga warisan non-bendawi Korea Selatan berhasil didaftarkan sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non-bendawi Manusia, yang meliputi seni berjalan di atas tali, bela diri taekkyon, dan tenunan rami dari wilayah Hansan. Khususnya, seni berjalan di atas tali mendapat pengakuan sebagai seni pementasan tradisional yang menggabungkan musik tradsional, gerakan dan ekspresi simbolis.

Jika menyaksikan kegiatan berjalan di atas tali pada ketinggian 3 meter tanpa peralatan keamanan yang menunjukkan keterampilan, kita dapat merasakan ketegangan dan juga kenikmatan. Nah, hari ini, kami perkenalkan seorang tokoh yang mahir berjalan di atas tali bernama 'Baudeogi'.


Satu-satunya Kkokdusoe Atau Pemimpin Wanita Dari Kelompok Namsadang

Baudeogi yang lahir di kota Anseong dengan nama Kim Am-deok pada tahun 1848 menjadi anggota Kelompok Namsadang yang menunjukkan atraksi, dansa dan lagu dengan berkeliling di pelosok daerah di Joseon saat dia berumur 5 tahun. Alasannya adalah karena ayahnya menitip putrinya, Baudeogi kepada Kelompok Namsadang yang sering tinggal di kota Anseong yang dipadati oleh para pedagang.

Walaupun Baudeogi terpaksa belajar seni keterampilan di Kelompok Namsadang, namun dia berhasil mengibarkan namanya. Bakatnya, khususnya keterampilan berjalan di atas tali mampu memikat hati para penonton dan memperoleh banyak ketenaran. Akhirnya, saat dia berusia 15 tahun, dia menjadi Kkokdusoe, yaitu pemimpin Kelompok Namsadang sebagai wanita dan dia mengembangkan Kelompok Namsadang sebagai kelompok hiburan terunggul.

 Menerima Kancing Giok Sebagai Hadiah

Tahun 1865 ketika menyambut genap 3 tahun setelah dia memimpin Kelompok Namsadang yang beranggotakan 100 orang, Baudeogi mendapat undangan istimewa. Pada waktu itu, Pangeran Internal Agung Heungseon, Heungseon Daewongun melanjutkan kembali pendirian Istana Gyeongbok, namun hal tersebut tidak berjalan lancar akibat besarnya biaya pendirian dan perekrutan tenaga kerja. Untuk menghidupkan semangat dan menghibur para tenaga kerja, Heungseon Daewongun mengundang Baudeogi. Berkat pementasan Baudeogi, para tenaga kerja berhasil memperoleh energi dan semangat, sehingga Heungseon Daewongun menghadiahkan kancing giok yang dapat digunakan oleh kelas tinggi kepada Baudeogi. Setelah itu, Kelompok Namsadang yang dipimpin oleh Baudeogi lebih terkenal dan kelompok itu dijuluki sebagai 'Kelompok Baudeogi'. Namun, waktu ketika masyarakat Joseon dapat menyaksikan penampilan Baudeogi tidak begitu lama berlanjut.

 Seniman Yang Menjalani Hidupnya Seperti Kembang Api

Walaupun berhasil memperoleh gengsi terunggul sebagai seniman, dia meninggal dunia pada tahun 1870 dalam usia 23 tahun akibat penyakit paru-paru. Namun, Baudeogi yang menghibur dan menghidupkan semangat rakyat sebagai wanita dari kelas budak masih diperingati dan dikenang sebagai seniman terunggul di Korea.


Source KBSWorld 
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com
TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!
 
 

Jenderal Kerajaan Shilla, Isabu





Tahun 2012 Adalah Genap 1500 Tahun Pemasukkan Usanguk Ke Dalam Sejarah Korea

Menjelang pekan terakhir dari bulan Desember yang akan menyambut tahun 2012 dalam waktu dekat, ada seorang tokoh yang terbayang di dalam benak masyarakat Korea. Dia tiada lain adalah jenderal kerajaan Shilla, Isabu yang memasukkan sebuah negara kepulauan dinamakan 'Usanguk' ke dalam sejarah Korea pada tahun 512. Tahun 2012 adalah genap 1500 tahun sejak negara Usanguk yang memimpin pulau Uleung dan pulau Dok di laut Timur dimasukkan ke dalam sejarah Korea. Belakangan ini, penelitian mengenai kegiatan jenderal Isabu aktif dilaksanakan.

 Siapa jenderal Isabu?

Walaupun namanya cukup terkenal, namun catatan mengenai data pribadinya hampir tidak ada. Akan tetapi, menurut sejumlah buku catatan sejarah, marga jenderal Isabu adalah klan Kim dan berperan penting dalam menaklukkan kerajaan Gaya. Jenderal Isabu mengibarkan namanya menjelang abad ke-6 saat dipimpin oleh raja Jijeung, Beopheung, dan Jinheung, namun keberanian dan kebijaksanaannya paling cemerlang pada tahun 512.


 Bagaimana Jenderal Isabu Berhasil Menaklukkan Negara Usanguk?

Tahun 512 di bawah pimpinan raja Jijeung, Isabu memimpin pasukan untuk menaklukkan negara Usanguk di laut Timur. Pada waktu itu, kerajaan Shilla terus memperluas wilayahnya, sehingga negara kepulauan di laut Timur, Usanguk terasa sangat penting secara strategis karena kekuatan maritim di laut Timur tergantung pada negara yang bergabung dengan Usanguk.

Untuk menaklukkan Usanguk sebagai wilayah kerajaan Shilla, jenderal Isabu memanfaatkan kebijaksanaan bukan kekuatan. Usanguk terletak di tengah laut yang jauh dari daratan, bahkan ombak besar di sekitar pulau Uleng dan pulau Dok membuat para perahu atau kapal dari negara lain tidak dapat berlabuh. Dengan alasan tersebut, Usanguk tidak mau menyerah, sehingga jenderal Isabu mengancam mereka dengan membawa sejumlah singa yang dibuat dari kayu. Dengan kata lain, dia mengatakan jika Usanguk tidak menyerah ke Shilla, dia akan menaklukkannya dengan melepaskan singa-singa yang dia bawa ke Usanguk. Akhirnya, Usanguk yang menganggap penampilan singa kayu sebagai singa yang asli menyerah dan berjanji untuk memberikan upeti ke kerajaan Shilla. Itulah saat dimana pulau Uleng dan Dok dimasukkan ke dalam sejarah Korea.


 Nama Yang Diperingati Diiringi Dengan Pulau Dok

Demikianlah, kerajaan Shilla semakin menjadi kuat, dan wilayahnya terus diperluaskan sampai sekitar sungai Han. Pada tahun 541, jenderal Isabu diangkat sebagai jabatan tinggi, dan menyediakan landasan untuk menyatukan tiga kerajaan dengan menaklukkan kerajaan Daegaya dan daerah-daerah di bagian bawah dari sungai Nakdong.

Untuk memperingati jasanya yang diperoleh menjelang tahun 549, sebuah tugu peringatan didirikan di Danyang, Chungcheong Utara. Selain berperan penting dalam menyatukan tiga kerajaan, jenderal Isabu memasukkan Usanguk ke wilayah Shilla. Dengan demikian, dia menyediakan fakta atau bukti sejarah pertama yang berisi bahwa pulau Dok milik Korea. Dari segi itu, keberadaan jenderal Isabu terasa sangat penting dan bermakna.




Source : KBS World
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

Seorang Kaligraf Kenamaan Di Kerajaan Joseon, Han Ho


 


Sebuah Kisah Terkenal Yang Terbayang Ketika Menyaksikan Kue Berase

Setiap pergantian tahun, masyarakat Korea memakan sup kue beras yang dinamakan 'Tteok Guk' pada hari pertama tahun baru agar dapat menjalani hidup panjang seperti halnya kue beras yang berbentuk bulat memanjang. Oleh karena itu, menjelang awal tahun, di setiap rumah orang Korea akan terdengar suara orang yang sedang memotong kue beras, dan beberapa diantara mereka melakukan hal tersebut sambil menceritakan sebuah kisah yang pernah mereka dengar dari para orang tua mereka secara turun menurun.

 Han Seok-bong Dan Ibunya

Pada suatu hari, seorang anak laki-laki yang sedang belajar di sebuah sekolah tradisional Korea, Seodang pulang ke rumahnya dan berkata pada ibunya bahwa dia merasa tidak ada yang harus dia pelajari lagi karena dia telah terlalu banyak belajar. Ibunya yang menjadi tulang punggung kehidupan si anak dengan berjualan kue itu langsung mematikan lampu setelah mendengarkan ucapan anaknya tersebut. Setelah mematikan lampu, dia meminta kepada anaknya untuk menuliskan sebuah tulisan di atas kertas sambil dia memotong kue. Beberapa saat berselang, si ibu menyalakan kembali lampu yang telah dimatikannya tadi. Si anak melihat hasil tulisannya yang tidak rapi. sebaliknya si anak melihat potongan kue yang sangat rapi yang dipotong oleh ibunya walaupun dikerjakan dalam keadaan gelap gulita. Hal ini kemudian yang mendorong si anak untuk belajar lebih giat lagi hingga dia menjadi seorang kaligraf ternama pada masa kerajaan Joseon. Si anak itu tiada lain adalah Han Ho. 

 Dibesarkan Sebagai Seorang Kaligraf Kenamaan

Seok-bong adalan nama penanya, namun nama aslinya adalah Han Ho. Sebelum dia lahir, seorang ahli nujum meramal bahwa dia ditakdirkan akan menjadi seorang kaligraf terkenal. Namun, Han Ho yang dibesarkan dalam keluarga miskin di bawah asuhan ibunya yang hanya seorang penjual kue itu, tidak mampu untuk membeli sehelai kertas pun. Oleh karena itu, dia berlatih menulis dengan menggunakan air di atas batu atau daun. Walaupun begitu, ibunya melihat bahwa dia sangat memiliki bakat dalam menulis kaligrafi, hingga akhirnya ibunya mengirim dia belajar di bawah seoarang kaligraf ternama, Shin Hui-nam. Pada akhirnya, Han Ho berhasil lulus ujian negara pada usia 24 tahun, dan diangkat sebagai pejabat negara yang dinamakan 'Sajagwan', yaitu pejabat yang mengurus dokumen diplomatik dan buku raja. Demikianlah sekelumit awal perjalanan hidup Han Ho hingga pada akhirnya dia mengibarkan namanya sebagai kaligraf terbaik pada masa kerajaan Joseon. 

 Mengibarkan Namanya Sebagai Kaligraf Kenamaan

Lewat latihan yang terus menerus, Han Ho menciptakan gaya tulisannya sendiri tanpa menirukan gaya Cina. Mulai tahun 1572 hingga 1601, dia berangkat ke Cina sebagai pejabat 'Sajagwan'. Di Cina dia mendapat evaluasi tinggi terhadap tulisannya dari sarjana ternama Cina.

Selain itu, Raja Seonjo di kerajaan Joseon juga menilai tinggi hasil karya Han Ho, sehingga beliau meminta kepada Han Ho agar menuliskan buku 'Seribu Huruf Cina'. Buku yang dibuat dengan gaya tulisan Seokbong ini diterbitkan di seluruh daerah di Joseon, sehingga membuat gaya tulisannya semakin terkenal.
 
 Hanya Meninggalkan Tulisan Di Dunia

Han Ho yang menjalani hidupnya sebagai 'Sajagwan' meninggal dunia pada tahun 1605. Walaupun memiliki jabatan di sekitar raja, dia tidak mempunyai kekayaan, bahkan dia tidak dapat mendirikan tugu peringatan. Inilah alasan mengapa kuburannya baru ditemukan pada tahun 2010. Han Ho tidak meninggalkan apapun di dunia ini kecuali tulisannya.... Namun, tulisan yang dia tinggalkan dapat mengungkapkan kehidupannya sebagai kaligraf terbaik di masa kerajaan Joseon.




Source : KBS World
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

Diplomat Yang Mewakili Joseon, Lee Ye




Penulis Jepang Menyumbangkan Novel 'Utusan Joseon Pertama, Lee Ye'

Seorang penulis Jepang menyumbangkan buku novel yang mengandung kehidupan seorang diplomat Joseon, Lee Ye ke pihak lembaga Konfusianisme, Seokgye Seowon di Ulju, Ulsan pada bulan lalu. Penulis tersebut merangkap pengacara bernama Kanajumi Noriyuki sangat terharu pada kehidupan diplomat Joseon, Lee Ye, sehingga berencana untuk membuat film. Lee Ye yang masih terasa asing bagi bangsa Korea... Siapa dia, sehingga dia mendapat sorotan di negara lain?

 Tokoh Yang Berhasil Naik Kelas Tinggi Ke Yangban Dari Kelas Tengah Jungin

Lee Ye lahir di rumah kalangan kelas menengah di kota Ulsan pada tahun 1373. Saat dia berusia 8 tahun, ibunya diculik oleh bajak laut Jepang, sehingga terus mencari ibunya sepanjang kehidupannya. Oleh karena itu, dia cukup memahami betapa perihnya kesengsaraan rakyat yang diakibatkan kejahatan bajak laut Jepang yang terus berlangsung mulai akhir kerajaan Goryeo. Walaupun ketertiban status sosial sangat ketat pada era Joseon, namun dia memperoleh kesempatan untuk naik kelas status.

Pada bulan Desember tahun 1396, Lee Ye yang berstatus pegawai pemerintah kelas bawah bertolak ke pulau Tsushima untuk menyelamatkan jiwa bupati Ulsan yang ditangkap oleh bajak laut Jepang. Walaupun dia ditahan sebagai sandera, dia terus membujuk tentara Jepang agar membebaskan bupati, Akhirnya, bajak laut Jepang yang terkagum pada kesetiaan dan upaya dari Lee Ye membebaskan sang bupati dan pemerintah Joseon juga menghargai kesetiaannya, sehingga tidak hanya meningkatkan status tetapi juga memberikan jabatan. Demikianlah, Lee Ye mulai naik jabatan dan diangkat sebagai utusan diplomat oleh raja Taejong secara resmi.



Pengiriman Ke Jepang Untuk 40 Kali

Setelah dikirim ke Jepang sebagai utusan Joseon untuk pertama kali pada tahun 1401, Lee Ye memperoleh jasa tinggi sebagai diplomat yang memiliki pengetahuan luas, kemampuan berbahasa asing dan daya negosiasi yang dinilai bijaksana. Sampai tahun 1410, dia berhasil membebaskan 667 tahanan Joseon dari Jepang.

Pada tahun 1428 di bawah pimpinan raja Sejong, istilah 'Tongsinsa' yang berarti 'utusan yang dikirim ke Jepang' digunakan untuk pertama kali dan Lee Ye yang menjadi Tongsinsa Joseon pertama bertemu dengan raja Jepang secara langsung untuk mencegah kejahatan bajak laut Jepang. Lee Ye yang mencintai rakyat Joseon belajar budaya, kebijakan dan situasi Jepang secara keseluruhan, sehingga menjadi pakar tentang Jepang, sampai-sampai mampu menghadapi raja Jepang. Demikianlah, Lee Ye yang menguasai diplomasi terhadap Jepang berperan penting dalam penandatanganan Perjanjian Gyehye yang mengandung sistem perdagangan antara Joseon dan Jepang pada tahun 1443.


Menandatangani Perjanjian Gyehye Yang Menjadi Dasar Diplomasi Antara Joseon Dan Jepang

Perjanjian Gyehye mengenai perdagangan antara Joseon dan Jepang bermanfaat untuk menstabilkan hubungan diplomatik antara kedua negara. Lewat perjanjian tersebut, kawasan selatan Joseon, termasuk Ulsan terasa damai,dan Joseon dapat mengontrol bajak laut Jepang secara efisien. Lee Ye yang menyaksikan budaya Jepang berupaya untuk bertukar budaya antar-negara. Untuk memperingati jasanya, tugu peringatan Lee Ye didirikan di sebuah kuil di Tsushima, Jepang dan raja Sejong juga sangat menghargai Lee Ye. Dengan usainya tugas terakhir dimana menyelamatkan 7 tahanan Joseon, Lee Ye meninggal dunia pada tahun 1445. Kehidupan dan jasa Lee Ye sebagai diplomat cukup menjadi keteladanan bagi diplomat pada era ini.


Source : world.kbs.co.kr
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com
TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!

Sastrawan Jenius Di Joseon, Kim Si-seup




Kim Si-seup, Siapa Dia?

Kim Si-seup adalah anak jenius yang belajar buku konfusianisme Cina 'Kitab Ajaran Besar' dan 'Kitab Tengah Sempurna' saat dia masih kecil dan telah menciptakan syair dan esei, seorang sarjana yang menantang terhadap perebutan tahta raja dari raja Sejo, biksu yang memusatkan pikiran untuk belajar Buddhisme, penyair atau penulis novel yang jenius... Penerangan tersebut berhubngan dengan karir mengenai Kim Si-seup, namun penerangan tersebut tidak cukup untuk mengungkapkan penampilan Kim Si-seup.

 Orang Jenius Yang Dijuluki Sebagai 'Anak Jenius Berumur Lima Tahun'

Kim Si-seup yang lahir pada tahun 1435 belajar menulis dalam 8 bulan setelah lahir dan saat dia berusia 3 tahun, dia menciptakan syair dalam bahasa Cina. Gengsi mengenai dia disampaikan kepada raja Sejong, sehingga dia diperintahkan untuk masuk ke istana. Raja Sejong juga terkagum pada bakatnya untuk membuat tulisan, sehingga dia menjulukinya sebagai 'anak jenius berumur lima tahun‘. Raja Sejong juga berjanji bahwa dia akan memanfaatkan bakatnya jika dia menjadi orang dewasa. Namun, janji itu tidak dapat ditepati.

 Menjaga Kesetiaan Terhadap Dunia Yang Tidak Adil

Saat dia berusia 15 tahun, ibunya meninggal dunia dan setelah itu, dia terus mengalami kesedihan akibat kehilangan anggota keluarga. Oleh karena itu, dia gagal lulus ujian negara saat dia berusia 19 tahun. Setelah itu, dia belajar sekeras-kerasnya di kuil Jungheung, namun pada tahun 1455, dia merasa kesal, karena pangeran besar Suyang merebut tahta raja dari keponakan raja Danjong, sehingga dia menjadi biksu dengan membakar buku-bukunya. Dengan demikian, Kim Si-seup dijuluki sebagai 'Saengyukshin', yaitu salah satu sarjana dari 6 sarjana yang berjanji tidak naik jabatan di bawah pimpinan raja baru untuk menjaga kesetiaan terhadap raja Danjong.

Setelah dia menguburkan 6 orang sarjana 'Sayukshin' yang menjaga kesetiaan dengan kematian karena dieksekusi akibat gagalnya mengembalikan Danjong ke tahta raja, Kim Si-seup berkeliling di seluruh daerah selama 9 tahun. Pada waktu itu, dia menciptakan 2.200 buah syair untuk mengungkapkan rasa keprihatinan dan kesedihan. Khususnya pada tahun 1465, dia berkunjung ke gunung Nam di kota Gyeongju dan di sana dia menciptakan karya yang menorehkan tinta emas dalam sejarah sastra.

 Menulis Novel Berbahasa Cina Yang Pertama di Korea, Geumoshinhwa

Dia menciptakan novel pertama berbahasa Cina klasik di Korea berjudul 'Geumoshinhwa' yang berarti 'mitos dari gunung Geumo'. Lewat berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh-tokoh yang berbakat tinggi di dunia khayalan dari novel 'Geumoshinhwa', Kim Si-seup mengungkapkan bahwa kasih sayang dan ketulusan hati yang terdapat di dunia manusia tidak boleh dikesampingkan.

Demikianlah Kim Si-seup mengungkapkan filsafatnya lewat novel itu, dan terus menciptakan karya. Namun, dia kembali berkeliling setelah situasi negara menjadi kacau lagi akibat 'peristiwa ratu Yun yang diasingkan'. Akhirnya, dia meninggal dunia pada tahun 1493 dalam usia 58 tahun. Walaupun dia menjalani hidupnya dengan berkeliling tanpa terikat dengan apapun, namun pandangan luas yang mencakup konfusianisme, buddhisme dan taoisme serta karya tulisan yang terasa indah dan dinamis dicintai oleh banyak sarjana dan raja di Joseon. Sesuai dengan nama pena ‘Mae Wol Dang' yang berarti 'bunga aprikot dan bulan', Kim Si-seup menjaga kesetiaan di dalam kekacauan politik seperti halnya bunga aprikot yang melambangkan 'kesetiaan'.


Source : KBS News(Ind)
Share :allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...