Sejak zaman dahulu, di Korea pohon bambu melambangkan
sebagai cendekiawan berprinsip, karena pohon ini selalu tumbuh dengan tegak dan
kehijauan. Sebab itu, pohon bambu itu sering menjadi bahan yang digemari oleh
banyak jumlah sastrawan dan pelukis untuk karya seni lukis dan sastranya.
Ditambah lagi, berbagai jenis alat terbuat dari bambu juga
memberikan pungryu atau kenikmatan seni bagi kaum cendekiawan, sementra
memberikan kenyamanan kepada orang awam. Salah satu ciptaan dari bambu adalah
musik. Sebagian besar alat musik tiup tradisional Korea , termasuk Daegeum, Sogeum,
dan Danso, terbuat dari bambu. Bahkan Suldae yang merupkan alat gesek untuk
Geomungo juga dibuat dari pohon bambu.
Sementara itu, penyanyi dalam Pansori atau opera ala Korea selalu
membawa sebuah kipas lipat dari bambu selama pertunjukannya berlangsung. Kipas
lipat itu biasanya dipakai sebagai alat bantu di atas panggung. Jadi, kipas itu
menjadi gergaji dalam pertunjukan lagu pada bagian membelah labu atau
melambangkan Simcheong yang melompat ke laut untuk memulihkan penglihatan
ayahnya. Singkatnya, kipas lipat itu dianggap sebagai pendamping penyanyi Sori
di atas panggung dimana mereka bisa mengandalkan seluruh pertunjukan solo
mereka.
Sekitar 15 tahun lalu, alat musik baru yang terbuat dari
bambu diciptakan. Musik itu dihasilkan dengan mengetuk berbagai ukuran potongan
bambu. Alat musik itu disebut 'Gongmyeong'. Dan, sebuah kelompok musik gugak
yang memainkan alat musik itu juga memiliki nama yang sama, yaitu 'Gongmyeong'.
Gongmyeong berarti, getaran dan itu mengacu pada alat musik yang terbuat dari
potongan bambu berukuran macam-macam, mulai dari 30 sentimeter hingga 1 meter.
Alat musik ini menghasilkan melodi dan irama dengan cara diketuk. Sementara,
kelompok musik Gongmyeong dibentuk oleh musisi muda lulusan dari Jurusan Musik
Tradisional Korea di Universitas Seni Chugye pada tahun 1997. Kelompok ini
terdiri dari empat anggota laki-laki, Park Seung-won, Gang Seon-il, Song
Gyeong-geun, dan Im Yong-ju.
Selain bernyanyi dan memainkan instrumen Gongmyeong, mereka
memainkan juga berbagai jenis alat musik seperti Janggu, Piri, Taepyeongso,
Daegeum, Sogeum, Buk, Harmonika, Gitar, drum dari Afrika Barat bernama Djembe,
instrumen Australia bernama Didgeridoo, dan lain-lain. Sesekali wadah air kosong
atau kaleng juga bisa berubah menjadi alat musik bagi mereka. Mereka juga
memimpin dalam menciptakan instrumen musik baru seperti Janggu listrik yang
layaknya era digital pada saat ini.
Kelompok ini tidak hanya menampilkan permainan yang sudah
disiapkan, tetapi juga menciptakan instrumen baru dan memainkannya di atas
panggung. Mereka mengupayakan konsernya berubah menjadi sebuah ajang permainan
dimana penonton dapat bergabung dan bersenang dengan mereka melalui kegiatan
interaksi.
Gongmyeong memulai kegiatan musiknya di bidang musik
tradisional, tapi sekarang berperanan sebagai media komunikasi dengan memecah
batas-batas genre musik yang berbeda dan formasi pertunjukan. Kelompok musik
Gugak itu menangani bagian musik dalam beberapa film, drama, tarian,
pertunjukan musikal dan sejenisnya. Disamping itu, kelompok musik itu
memperluas ruang lingkup kegiatannya sebagai grup musik dunia dengan
berpartisipasi dalam berbagai acara musik yang berarti di luar negeri seperti
Festival Pina Bausch di Jerman, Festival Sydney, konser di Parlemen Eropa dan
konser amal untuk anak-anak Afghanistan .
Pada bulan Mei tahun lalu, mereka mengadakan konser
peringatan ulang tahunnya yang ke-15. Mereka mengadakan pertunjukan lima jam setiap hari
selama tiga hari di ruang utama Teater Nasional Korea. Hal itu mencerminkan
semangat kelompok terhadap musiknya begitu besar dan mereka ingin mendengarkan
lebih banyak musik kepada penonton.
Source : kbs world
No comments:
Post a Comment