Ratu Myeongseong adalah istri pertama Raja Gojong yang sah. Beliau
diberi gelar 효자원성정화합천명성태황후; Hyoja Wonseong Jeonghwa Hapcheon Myeongseong
Taehwanghu, atau sering disingkat menjadi 명성황후; Myeongseong Hwanghu.
Namanya dikenal seiring sumbangsihnya terhadap kemajuan Korea dan juga
kisah tragisnya menjadi hal yang paling kontroversial bagi Korea dan
Jepang. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana rupa sang Ratu, foto-foto
yang beredar di internet menyimpulkan dua versi. Ada yang bilang itu
foto asli, dan ada juga yang bilang itu foto salah satu dayang dari sang
Ratu.
Kisah sang ratu di jaman modern ini pun diperbaharui dan diangkat ke
dalam novel, drama tv, dan juga drama musikal. Di Korea, sang ratu
dipandang sebagai tokoh pahlawan yang tidak pantang mundur dalam
pergulatan politik dan juga diplomatik untuk menjauhkan campur tangan
negara asing dari Korea. Beliau berencana untuk memodernisasikan Korea,
namun usahanya ini dinilai oleh Jepang buruk untuk tujuan kolonisasi
mereka di asia. Dari sinilah perjuangan Myeongseong Hwanghu dimulai.
Myeongseong Hwanghu lahir dari keluarga birokrat Min, Klan Min
melahirkan birokrat-birokrat ternama pada masanya, selain itu, dua
wanita sebelumnya dari Klan Min pernah menjadi ratu juga sebelum
dirinya. Wongyeong Hwanghu, istri raja Taejong dari dinasti Jeoson dan
Minhyeon Hwanghu, istri raja Sukjong.
Pada saat Myeongseong lahir, Klan Min sedang menghadapi masalah
kemiskinan dan hampir tidak punya posisi apa-apa dalam masyarakat.
Myeongseong adalah puteri dari Min Chi-Rok (민치록). Saat raja Gojong
memasuki usia 16 tahun, ayahnya memutuskan bahwa sudah waktunya ia
menikah, banyak kandidat namun tidak ada yang cocok untuk dijadikan
istri untuk puteranya itu. Sampai satu hari istri dari Daewongun (민부대부인)
memberikan suaranya untuk dipertimbangkan mengambil pengantin dari
keluarganya, ia mengatakan kalau gadis itu datang dari keluarga
baik-baik, namun tidak punya orangtua, cantik dan juga memuji
kepintarannya.
Akhirnya perjodohan antara calon raja dengan Myeongseong pun
berhasil, mereka menikah di gedung Injeongjeon di istana Changdeok.
Acara pernikahannya sangat mewah dan memakan waktu 3 hari.
Pengangkatannya sebagai calon ratu(민대비 Min Daebi ;Ratu Min) bersanding
dengan putera mahkota yang akan diangkat jadi raja, setelah resmi
menjadi ratu, beliau diberi gelar Yang Mulia Ratu (중전마마).
Beliau adalah wanita yang tegas dan ambisius tidak seperti ratu-ratu
pendahulunya yang lain, yang selalu suka dengan kemewahan, mengadakan
jamuan makan bersama para anggota kerajaan lainnya, kecuali memang ada
kepentingan politik yang harus diselesaikan dengan perjamuan makan
seperti itu. Beliau jarang sekali terlihat bersama dengan raja Gojong
yang sibuk dengan para dayang dan juga gisaengnya, jadi ia lebih sering
terlihat membaca buku-buku filosofi, sejarah, pengetahuan, politik, dan
agama. Tradisi wanita untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi dan juga
status sosial yang sama dengan pria adalah warisan emansipasi sang ratu
yang dianut oleh wanita-wanita di Korea pada masa ini.
Saat menginjak usia 20 tahun, beliau mulai aktif memasuki dunia
politik, dan mengumpulkan fakta-fakta kuat untuk melawan Heungseon
Daewongun. Sang calon ratu membela haknya sendiri karena para pejabat
tinggi melihat dirinya hanya ikut-ikutan mencampuri urusan negara. Oleh
karena masalah itu, Heungseon Daewangun sangat marah dengan
keagresifan-nya.
Konflik antara Heungseon Daewangun dan sang calon ratu pun telah
sampai pada telinga publik, apalagi ketika calon ratu melahirkan bayi
premature dan akhirnya meninggal, meninggalkan efek politik yang besar.
Heungseon Daewangun memerintahkan agar raja Gojong memilih mempunyai
anak dari salah seorang selir kerajaan, Yeongbodang Yi.
Tahun 1880, selir ini melahirkan seorang putera yang sehat, dan oleh
Heungseon Daewangun disebut sebagai putera mahkota bernama Pangeran
Wanhwagun.
Karena itu, beliau bersama-sama dengan Min Seung-ho, dan pelajar Choi
Ik-hyun menulis surat pertanggungjawaban resmi terhadap Haeungseon
Daewangun untuk diberikan pada dewan kerajaan, agar raja Gojong yang
sekarang berusia 22 tahun bisa melakukan hak dan kewajibannya mengatur
negara tanpa campur tangan ayahnya. Setelah surat itu dikabulkan,
Haeungseon Daewangun akhirnya menerima keputusan penurunan tahta dan
tinggal di paviliun di sekitar Yangju pada tahun 1872. Kemudian, setelah
menjadi ratu, selir dan juga anak itu diusir dari kerajaan oleh Ratu
Min. Beberapa waktu kemudian, sang anak dari selir Yeongbodang Yi
meninggal, dan ratu pun diisukan punya andil dalam kematian sang calon
putera mahkota.
Pemerintah Jepang yang terobsesi menyaingi kekaisaran Eropa dengan
memakai tradisi perjanjian-timpang mengirin kapal perang Unyo ke Busan
dan kapal perang lainnya ke teluk Yonghung dengan alasan alih
perjalanan. Karena itu Korea terpaksa membuka pintu masuk jalur laut
untuk Jepang. Kapal perang Unyo mengadu untung di perairan kepulauan
Ganhwa yang sengaja dibatasi membangkitkan serangan dari tepi pantai
Korea dan terjadi kerusuhan. Unyo langsung melarikan diri, tapi insiden
ini dipakai oleh orang Jepang untuk membuka paksa perjanjian denga n
pihak Korea. Pada tahun 1876, kapal angkatan perang Jepang dan seorang
utusannya didatangkan untuk mengurusi perjanjian ini.
Berbagai pelabuhan dibuka untuk melayani jalur perdagangan Jepang,
yang mengakibatkan pedagang-pedagang Korea rugi, dan Jepang meraup
untung besar.
Revolusi Sosial.
Pada tahun 1877, Gojong dan Min menugaskan Kim Gwang-jip untuk
belajar tentang westernisasi Jepang dan tujuan Jepang pada Korea. Saat
itu Kim dan juga tim-nya terkaget-kaget ketikam elihat keadaan Jepang
sekarang, dulu Busan dan Seoul adalah metropolitan di asia tenggara,
namun kini Tokyo dan Osaka benar-benar berubah setelah menerapkan budaya
barat. Di sini pun, Kim bertemu dengan duta besar Cina di Tokyo Ho
Ju-chang dan penasehatnya Huang Tsun-hsien. Mereka membicarakan tentang
hubungan diplomatik Qing dan Jeoson, dan Huang Tsun-hsien memberikan
sebuah buku pada Kim yang berjudul, ‘Strategi Korea’. Saat itu, Cina
tidak lagi mendominasi asia timur, dan Korea tidak lagi menikmati
kecanggihan teknik militer yang terkalahkan oleh Jepang.
Ditambah lagi,
Rusia memulai perluasan daerah kekuasaannya hingga ke asia. Huang
menasehatkan agar Korea bergabung dengan Cina mengambil kebijakkan
pro-cina, sedangkan perjanjian dengan Jepang untuk sementara waktu
dipertahankan. Ia memberitahukan padanya agar memcoba bersekutu dengan
Amerika Serikat untuk melindungi dari invasi Rusia, memcoba membuka
hubungan perdagangan dengan bangsa barat dan mengambil teknologi barat.
Huang menyadari bahwa Cina pernah mencoba namun gagal karena tempatnya
yang luas, tetapi Korea lebih kecil daripada Jepang. Huang juga
mengusulkan agar pemuda-pemuda Korea belajar di Cina dan Jepang, dan
guru-guru ilmu teknik dan ilmiahdari negara barat diundang ke Korea
untuk mengajar.
Saat Kim kembali ke Korea, ia membicarakan ide-ide itu pada raja
Gojong dan Min. Meskipun banyak kelompok yang menentang usul membuka
jalur perdagangan denga nnegara-negara barat, hal itu tetap dilakukan
oleh Min dengan mengubah tatanan pemerintahan dengan membentuk biro-biro
yang menangani hubungan luar negeri dengan Cina,Jepang dan Barat. Biro
perdagangan, dan juga biro yang menangani teknologi militer.
Pada tahun yang sama, Min menandatangani perjanjian tentang mengirim
tentara lulusan terbaik untuk belajar di Qing, Cina. Dengan penuh
semangat pihak Jepang pun menyuplai peralatan perang untuk dipakai oleh
mereka di sana. Ratu Min menyetujui, namun ia mengingatkan pada pihak
Jepang bahwa mereka tetap akan dikirim ke Cina untuk mengikuti latihan.
Modernisasi ini terlebih lagi militernya, mendapat kecaman dari
berbagai pihak. Karena perlakuan khusus para tentara yang mendapatkan
kesempatan belajar itu membuat iri yang lain. Pada tahun 1881, sebuah
plot politik dimulai untuk menjatuhkan Min, menggeser Gojong yang duduk
sebagai Raja dengan memberikan posisi raja kepada anak ke tiganya Yi
Jae-son oleh Heungson Daewangun. Mendengar hal itu, Min marah tapi tidak
bisa berbuat apa-apa karena Heungson Daewangun adalah ayah sang raja.
Pemberontakan 1882.
Anggota militer penatua tidak senang dengan kesatuan-kesatuan baru yang
mendapatkan teknologi militer terbaru marah dan menyerang rumah Min
Kyeong-ho yang masih kerabat ratu dan juga pimpinan pasukan khusus
tersebut. Kemudian pemberontak itu mencari bantuan pada Heungseon
Daewangun, lalu ia mengambil alih kesatuan militer lama yang datang
padanya.
Ia memerintahkan untuk menyerang daerah administratif Seoul yang
terletak di istana Gyeongbuk, markas hubungan diplomatik, pusat kajian
militer, dan lembaga ilmu pengetahuan. Tentara menyerang kantor polisi
untuk membebaskan kawan yang sudah ditangkap dan lalu memulai
mengobrak-abrik perkebunan dan rumah besar pribadi keluarga Ratu.
Kesatuan-kesatuan pemberontak ini mencuri senapan dan alat-alat perang
lainnya dan mulai membunuh satu-persatu staff pengajar militer Jepang,
hampir saja mereka membunuh sang utusan Jepang yang akan datang ke Seoul
dan kabur ke Incheon. Pemberontak itu juga menyerang masuk ke dalam
kerajaan, untungnya ratu dan raja menyamar dan mereka bisa melarikan
diri ke Jeongju, dirumah salah satu kerabatnya untuk bersembunyi
sementara waktu.
Banyak pendukung ratu Min dihukum mati ketika Heungseon Daewangun
mengambil alih kekuasaan dari istana Gyeongbuk. Ia membubarkan apa saja
yang telah dibentuk oleh sang ratu, mengisolasi Korea, mengusir Cina dan
Jepang keluar dengan paksa dari ibukota.
Li Hung-chang dengan izin utusan Korea di Beijing mengirimkan 4.500
orang tentara Cina untuk membantu mengamankan Korea dan menangkap
Heungseon Daewangun lalu dibawa ke Cina dengan tuduhan pengkhianatan.
Min dan suaminya raja Gojong kembali ke istana dan melakukan pemulihan
kekuasaan dan menghapus peraturan-peraturan yang dibuat oleh Heungseon
Daewangun.
Tanpa sepengetahuan ratu Min, pihak Jepang secara rahasia menyuruh
Gojong menandatangani perjanjian tentang penyerahan uang ganti rugi yang
dialamai oleh tentara Jepang sebesar 550.000 yen pada saat
pemberontakan berlangsung, dan memperbolehkan pasukan Jepang menjaga
kedutaan Jepang di Seoul. Ketika Min mengetahui tentang perjanjian itu,
ia segera bertindak dengan memperbaharui perjanjian dengan Cina, dengan
memberikan hak istimewa, menutup pelabuhan-pelabuhan agar tidak dapat
diakses oleh orang Jepang. Mengambil panglima-panglima besar Cina untuk
mengontrol kesatuan perang Korea, dan mengambil penasehat kelautan yang
berasal dari Jerman yang bernama Paul George Von Moellendorff.
Dua partai besar saat itu, Saedaedang dan progresif sedang
marak-maraknya dengan kegiatan pro-barat tetapi sang ratu harus berbalik
melawan partai progresif yang dinilai anti-cina, menurut mereka jika
ingin mempercepat westernisasi di korea, korea harus memutuskan ikatan
apapun yang terjalin dengan Cina. Sang ratu tidak mau itu terjadi,
beliau ingin korea maju secara perlahan agar tidak syok dengan kultur
asing yang akan mereka terapkan, terlebih lagi sang ratu adalah anggota
partai Saedaedang yang pro-cina dan juga pro-westernisasi.
Sang Pembawa Perubahan.
Bidang Pendidikan
Setelah berbagai konflik yang timbul demi merealisasikan pembaharuan
di Korea, akhirnya mereka menikmati ketenangan. Dengan pasukan Jepang
berada di luar Jeoseon dan pasukan Cina turut menjaga keamanan, tidak
ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Oleh karena itu perubahan tatanan
kehidupan masyarakat ke arah westernisasi tetap dilanjutkan,
rencana-rencana itu salah satunya adalah membangun sekolah untuk
kalangan elit yang telah direncanakan sejak tahun 1880 tetapi baru
dilaksanakan tahun 1885 setelah mendapat ijin dari ratu Min. Kemudian
Yugyong Kung-won didirikan, dengan bantuan misionaris dari Amerika Dr.
Homer B. Hulbert dan tiga orang misionaris lainnya yang mengatur
kurikulum sekolah. Mereka belajar dengan menggunakan bahasa Inggris dan
buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa Inggris.
Pada bulan Mei, ratu Min juga membangun sekolah khusus untuk wanita
dan diberi nama Euwha Akademi, kini jadi Universitas Ewha yang dinilai
sangat prestigius dan elit di Asia. lalu sekolah-sekolah lain
bermunculan seperti Baekje Akademi, dan sekolah khusus laki-laki
Kyeongshin Akademi. Bukan hanya itu saja yang dilakukan oleh sang ratu,
dengan banyaknya misionaris asing datang ke Korea, agama kristen pun
mulai masuk. Tidak seperti yang dilakukan oleh Heungseon Daewangun yang
menekan/tidak memperbolehkan penyebaran agama baru, beliau tidak melihat
ancaman dari doktrin kristen yang mengganggu ajaran moral konfusianisme
tersebut.
Bidang Jurnalistik
Koran pertama yang dipublikasikan di Korea bernama Hanseong sunbo.
Kemudian dibentuk lagi koran Hanseong Jubo, yang dinilai sebagai bentuk
komunikasi natara masyarakat dengan pemimpin bangsanya.
Bidang Pengobatan, Musik dan Religi
Kedatangan Dr. Horace N.Allen yang sengaja dipanggil oleh ratu, dengan
ijin sang ratu pula dia emminta agar para misionaris lainnya bisa
dipekerjakan sebagai pegawai pemerintah. Dia jugalah yang memperkenalkan
ilmu pengobatan modern pada ratu dan membuka klinik modern pertama
bernama Gwanghyewon pada bulan februari.
Karena semakin banyak misionaris yang datang dan menyebarkan agama
kristen, semakin banyak pula orang korea yang menganut ajaran tersebut,
kemudian dibangunlah gereja-gereja di Seoul. Bangsa barat ini juga
membuat kontribusi lainnya tentang faham kesejajaran, kemerdekaan, dan
juga hak asasi manusia. Begitupula dengan musik, alat musik barat
diperkenalkan pada masyarakat, dan konsep belajar musik barat diambil
untuk diajarkan di sekolah-sekolah.
Perubahan lainnya diterapkan dibidang militer dan juga ekonominya.
Tak terasa perkembangan militer Korea menjadi sangat kuat bahkan Jepang
sendiri takut dengan keadaan seperti itu.
Kehidupan sang ratu
Seperti yang disebutkan diatas, pernikahan mereka tidaklah bahagia pada
awalnya. Gojong hanya bisa bersenang-senang dengan para selir dan juga
gisaeng kerajaan dan ratu tenggelam dengan bacaannya. Mereka mulai
saling menyukai setelah Gojong menyadari kepintaran, sifatnya yang
tanggap dalam situasi apapun. Meskipun terpilihnya Gojong sebagai raja
hanya untuk jadi boneka yang didukung oleh klan Jo, yang digerakkan oleh
Heungseon Daewangun. Gojong menemukan bahwa ternyata dia lebih bisa
bersandar pada istrinya, mengetahui bahwa masalah yang dihadapi negara
semakin hari semakin sulit, ratu adalah batu pegangan untuknya agar
tidak terjatuh karena frustasi.
Ada yang mengatakan bahwa pada saat
modernisasi Jeoseon, Gojong akhirnya jatuh cinta pada istrinya. Dan
kehidupan rumah tangga mereka mulai membaik, mereka sering terlihat
bersama, berbincang-bincang tentang masalah-masalah yang mereka hadapi,
kebahagiaan yang mereka dapat, dan juga saling merasakan kepedihan yang
mereka alami. Dan akhirnya mereka memulai kehidupan sebagai suami istri.
Kemudian kejadian naas tersebut terjadi. Semua yang tertulis dalam
buku sejarah Korea tahu kalau ratu dibunuh oleh pasukan khusus Jepang,
dan mayatnya dibakar. Tapi kejadian yang sesungguhnya bukan seperti itu.
Setelah diselidiki, ratu Min sebelum ajalnya ditelanjangi, dianiaya,
dan diperkosa. Kemudian dalam keadaan masih hidup tubuhnya di siram
minyak sebelum akhinya dibakar hidup-hidup. Plot ini direncanakan oleh
ayah mertuanya sendiri yang pro-jepang dan pihak Jepang sendiri karena
ratu Min berniat untuk mendepak kolonialisasi Jepang di Korea.
Sebuah dokumen penting tentang peristiwa ini akhirnya ditemukan oleh
Amabe Gentaro, seorang ahli sejarah Jepang. Dari sinilah diketahui
tentang kekejaman pembunuhan sang ratu, dokumen ini dikenal sebagai
Eijoh Report (Laporan Eijoh).
Kronologis plot pembunuhan ratu Min.
sekitar jam 5:30 sore, pada bulan Oktober tanggal 18 tahun 1895.
Sekumpulan prajurit Jepang diperlengkapi dengan peralatan perang
bertugas dalam operasi khusus untuk membunuh ratu Min. Para pembunuh
tersebut memasuki istana Gyeongbuk dengan sedikit mengalami kesulitan
karena pada saat itu istana dalam penjagaan parjurit Jepang. Mereka
dalam aksinya membunuh Hong Gae-hoon, komandan satuan unit penjagaan
beserta anak buahnya yang berusaha membarikade para pembunuh itu masuk
ke dalam istana.
Raja Gojong pada saat itu menolak interupsi yang datang secara
mendadak menyerang kediamannya, namun dia dikalahkan oleh para prajurit
Jepang tersebut. Pakaian sang raja terkoyak. Putera Gojong, sang
pangeran yang berlari ke pangkuan ayahnya ditarik rambunya dan
dilemparkan ke latai kemudian dipukuli.
Kelompok yang lainnya mulai menyusup masuk ke kediaman sang ratu.
Menteri kerajaan Lee Gyung-Shik yang juga berusaha menghentikan aksi
pembunuh-pembunuh itu malah ditebak ditempat, lalu mayatnya dimutilasi
dihadapan raja Gojong. Sang ratu pun di seret dan dibawa kehalaman
istana Gyeongbuk, ditelanjangi, diperlakukan tidak senonoh dibagian
kemaluannya, diperkosa, dan kemudian dibakar hidup-hidup.
Setelah kematian Ratu Min.
Di katakan kalau raja Gojong tetap setia pada ratu Min, malah setelah
kematian istrinya itu sang raja mengurung diri di kamarnya selama
berminggu-minggu, menolak untuk melaksanakan tugas-tugasnya, hingga
menyebabkan Jepang punya kekuasaan lebih untuk mengatur Korea.
Heungseon
Daewangun yang mulai mendapatkan kekuasaannya lagi mendekati Gojong
untuk menandatangani perjanjian untuk membantu pihak Jepang untuk
menurunkan status ratu Min menjadi warga biasa. Tapi menurut para
pelajar, saat itu Gojong mengatakan, “Lebih baik aku mengiris lenganku
dan membiarkan darahnya mengalir daripada mempermalukan seorang wanita
yang telah menyelamatkan kerajaan ini.” Dengan kesal, Raja Gojong
menolak menandatangani surat tersebut dan mengusir mereka.
Pada tahun 1897, King Gojong Menyatakan Korea sebagai Kekaisaran Korea dan ratu Myeongseong simbol kedaulatan Joseon dan memicu keinginan masyarakat untuk kebebasan dan kemerdekaan.
Sumber: Wikipedia
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com
TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!