Tidak ada yang mau kalah dalam pertandingan penuh gengsi antara Jepang dan Korea Selatan ini. Keduanya lama berseteru ingin menjadi yang terbaik di Asia, dan dini hari ini adalah pembuktian untuk kesekian kalinya.
Jepang berupaya mengendalikan permainan sejak awal. Mengandalkan Kensuke Nagai dan Yuki Otsu, Samurai Biru lebih unggul dalam ball possessions. Namun, kegigihan Jepang untuk membuka skor, berusaha diimbangi oleh semangat penuh sang lawan.
Korea Selatan tampil seolah jika kalah, kematian datang menghantui. Dalam rentang waktu 12 menit sejak menit 23 hingga 35, tiga kartu kuning dihamburkan wast Ravshan Irmatov asal Uzbekistan.
Gol pertama lahir di menit 38 dan Korea Selatan yang membuatnya. Park Chu-Yong seperti ingin menunjukkan kepada Arsene Wenger bahwa ia akan sangat kompetitif musim ini. Sang nomor 10 Taegeuk Warriors menerima umpan lambung dari counter attack cepat, menekuk dua pemain Jepang, sebelum melepaskan tembakan ke sudut dekat Shuichi Gonda. 1-0.
Bola-bola panjang menjadi titik kelemahan Jepang. Upaya mereka memenangi lini tengah tak berkorelasi dengan kerapian barisan pertahanan. Sayang upaya Korea memperlebar jarak gagal. Menit 42, Yun Suk-Young melepaskan tembakan yang jauh dari sasaran. Skor 1-0 bertahan hingga turun minum.
Menit 57, Jepang semakin terbenam. Kapten Korea Selatan, Koo Ja-Cheol menjadi pelakunya. Melalui serangan balik cepat, Koo mengungguli bek terakhir Jepang yang menghadang dan melepaskan tembakan ke sudut kanan bawah Shuichi Gonda. Kebobolan kelima sang kiper sepanjang turnamen.
Jepang berusaha memperkecil ketertinggalan secepat mungkin. Kazuya Yamamura (’59), Kenyu Sugimoto (’62) hingga Takashi Usami (’71) dimasukkan. Namun, upaya pasukan Takashi Sekizuka selalu menemui jalan buntu.
Menit 87, Jepang sebenarnya mampu mencetak gol lewat tandukan kapten Maya Yoshida. Namun, gol tersebut dianulir wasit untuk membuat sedikit ketegangan pasukan Samurai Biru.
Skor akhir 2-0 untuk Korea Selatan, dan pasukan Hong-Myung Bo layak berpesta untuk raihan medali perunggu mereka. Sebaliknya, bagi Jepang, ini adalah antiklimaks. Senjata mereka selama Olimpiade 2012, yang mampu menggulung Spanyol, menjadi strategi yang mengandaskan upaya meraih medali di cabang sepak bola.
Source : sidomenews
No comments:
Post a Comment