...'Watashi wa Nippon ga suki'..

...'naneun hangug-eul joh-a'...

............I like korea...........

............I like japan...........

Note : if you do not understand with Indonesian leanguage, you can translate with the translator at the bottom of the red

jika ingin meng copy paste ' artikel yang ada di blog ALL ABOUT KOREA AND JAPAN, tolong cantumkan nama Credit/sumber serta alamat blog ALL ABOUT KOREA AND JAPAN ya ^^

Sunday, June 3, 2012

Schweitzer di Korea, Jang Gi-ryeo


http://world.kbs.co.kr/src/images/korean_story/1337235662khi_120517_l.jpg

Tokoh Yang Paling Dihormati

Orang yang mendapat pendidikan dari seorang guru baik dapat memperoleh kebijaksanaan, yang mampu menjalani hidupnya dengan berani. Alasannya adalah karena guru adalah kompas yang menunjukkan arah benar dan guru berfungsi sebagai lampu yang menerangkan kegelapan. Nah, kalau begitu, siapa yang terpilih sebagai guru yang mewakili Korea? Menurut hasil survei yang diarahkan kepada 1.500 orang di 30 bidang meliputi politik, ekonomi, sosial, dll, para pakar memilih dokter Jang Gi-ryeo sebagai tokoh yang paling dihormati di bidang medis. 800 orang dokter di Korea juga memilih dokter Jang Gi-ryeo sebagai dokter yang dinilai tertinggi di Korea. Nah, siapa dokter Jang Gi-ryeo, sehingga dia mendapat penghormatan tertinggi dari generasi berikutnya?

Dokter Jenius

Jang Gi-ryeo lahir di provinsi Pyeongan Utara pada tahun 1911 dan tamat perguruan tinggi khusus kedokteran dengan urutan puncak pada tahun 1932. Setelah itu, dia tetap berkarir sebagai asisten profesor dan ahli bedah, namun dia menolak jalan yang lurus untuk kesuksesan. Untuk mengorbankan kehidupannya demi orang-orang yang tidak mendapat manfaat medis, dia pindah rumah sakit yang beraliran agama Kristen pada tahun 1940.

Tiga tahun kemudian, Jang Gi-ryeo mendapat banyak sorotan sebagai dokter jenius, karena berhasil melakukan operasi untuk mengangkat tumor yang dimiliki oleh seorang pasien yang menderita kanker hati untuk pertama kali di Korea. Namun, akibat pecahnya Perang Korea pada tahun 1950, dia bertolak menuju kota Busan untuk memnberikan perawatan terhadap warga masyarakat yang mengalami kesengsaraan. Pada tahun 1951, dia membuka rumah sakit gratis dengan mendirikan 3 buah tenda yang diambil dari pasukan AS dan mulai saat itu, dia menjalani hidupnya sebagai dokter yang memihak kepada pasien kurang mampu dan terus melakukan kegiatan sukarela.


 Mekarnya 'Bunga Kedokteran'

Untuk para pasien yang tidak mampu membayar biaya operasi, dia rela menghabiskan gajinya, dan membuat para pasien yang kurang mampu melarikan diri lewat pintu belakang rumah sakit, walaupun mereka tidak membayar. Berkat kegiatan yang bersifat manusiawi itu, ada banyak julukan mengenai dia seperti Yesus kecil, Schweitzer di Korea, Heo Jun di masa modern, dokter si bodoh, dll.

Jang Gi-ryeo membuka ufuk baru di bidang pengobatan hati, karena dia berhasil melakukan penyayatan hati untuk pertama kali sebagai dokter Korea saat teknologi di bidang pengobatan hati masih dinilai lemah menjelang tahun 1959. Selain itu, dia membentuk 'Koperasi Medikal Palang Biru' pada tahun 1968 dan koperasi tersebut menjadi akar untuk sistem asuransi medikal nasional yang diterapkan oleh Korea pada tahun 1989 dengan urutan ke-18 di dunia dan urutan kedua di Asia.


 Kehidupan Yang Sederhana Untuk Berbagi Hati

Jang Gi-ryeo yang melakukan kegiatan sukarela di bidang medis mendapat sejumlah hadiah termasuk 'Hadiah Magsaysay.' Setelah meninggal dunia pada tahun 2005, dia menerima tanda bintang jasa Mugunghwa, dan namanya diangkat dalam 'Hall of Fame' di bidang tokoh ilmu pengetahuan. Namun, kehidupan pribadi jauh dari kebahagiaan. Saat pecahnya Perang Korea, dia meninggalkan 5 orang anak dan isterinya di Korea Utara, sehingga tinggal sendiri sampai dia meninggal dunia dalam usia 86 tahun dan tidak pernah memiliki rumah sendiri. Oleh karena itu, benda yang dia tinggalkan setelah meninggal dunia adalah gaun dokter yang sudah kuno, kaca mata berwarna hitam, dan foto yang diambil bersama isterinya. Namun, tulisan yang dia tinggalkan membuat kita merasakan betapa tingginya semangat terhadap kehidupannya.

'Hari ketika saya menjadi dokter hingga sekarang, saya tidak pernah melupakan rasa tanggung jawab terhadap pasien yang tidak membayar biaya pengobatan. Jika saya menjalani kehidupan tanpa melupakan rasa tanggung jawab itu, kehidupan saya berhasil sukses, namun jika saya menjalani hidup dengan melupakannya, kehidupan saya tidak berarti.'

Demikianlah, Jang Gi-ryeo tetap mempraktekkan tujuan kehidupan 'ketidakpunyaan dan kegiatan sukarela.' Tidaklah berlebihan bila mengatakan bahwa dia adalah guru agung yang menunjukkan makna keberhasilan yang hakiki.


 Source : Kbs worldhttp://world.kbs.co.kr
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...