Penulis Jepang Menyumbangkan Novel 'Utusan Joseon Pertama, Lee Ye'
Seorang penulis Jepang menyumbangkan buku novel yang mengandung kehidupan seorang diplomat Joseon, Lee Ye ke pihak lembaga Konfusianisme, Seokgye Seowon di Ulju, Ulsan pada bulan lalu. Penulis tersebut merangkap pengacara bernama Kanajumi Noriyuki sangat terharu pada kehidupan diplomat Joseon, Lee Ye, sehingga berencana untuk membuat film. Lee Ye yang masih terasa asing bagi bangsa Korea... Siapa dia, sehingga dia mendapat sorotan di negara lain?
Tokoh Yang Berhasil Naik Kelas Tinggi Ke Yangban Dari Kelas Tengah Jungin
Lee Ye lahir di rumah kalangan kelas menengah di kota Ulsan pada tahun 1373. Saat dia berusia 8 tahun, ibunya diculik oleh bajak laut Jepang, sehingga terus mencari ibunya sepanjang kehidupannya. Oleh karena itu, dia cukup memahami betapa perihnya kesengsaraan rakyat yang diakibatkan kejahatan bajak laut Jepang yang terus berlangsung mulai akhir kerajaan Goryeo. Walaupun ketertiban status sosial sangat ketat pada era Joseon, namun dia memperoleh kesempatan untuk naik kelas status.
Pada bulan Desember tahun 1396, Lee Ye yang berstatus pegawai pemerintah kelas bawah bertolak ke pulau Tsushima untuk menyelamatkan jiwa bupati Ulsan yang ditangkap oleh bajak laut Jepang. Walaupun dia ditahan sebagai sandera, dia terus membujuk tentara Jepang agar membebaskan bupati, Akhirnya, bajak laut Jepang yang terkagum pada kesetiaan dan upaya dari Lee Ye membebaskan sang bupati dan pemerintah Joseon juga menghargai kesetiaannya, sehingga tidak hanya meningkatkan status tetapi juga memberikan jabatan. Demikianlah, Lee Ye mulai naik jabatan dan diangkat sebagai utusan diplomat oleh raja Taejong secara resmi.
Pengiriman Ke Jepang Untuk 40 Kali
Setelah dikirim ke Jepang sebagai utusan Joseon untuk pertama kali pada tahun 1401, Lee Ye memperoleh jasa tinggi sebagai diplomat yang memiliki pengetahuan luas, kemampuan berbahasa asing dan daya negosiasi yang dinilai bijaksana. Sampai tahun 1410, dia berhasil membebaskan 667 tahanan Joseon dari Jepang.
Pada tahun 1428 di bawah pimpinan raja Sejong, istilah 'Tongsinsa' yang berarti 'utusan yang dikirim ke Jepang' digunakan untuk pertama kali dan Lee Ye yang menjadi Tongsinsa Joseon pertama bertemu dengan raja Jepang secara langsung untuk mencegah kejahatan bajak laut Jepang. Lee Ye yang mencintai rakyat Joseon belajar budaya, kebijakan dan situasi Jepang secara keseluruhan, sehingga menjadi pakar tentang Jepang, sampai-sampai mampu menghadapi raja Jepang. Demikianlah, Lee Ye yang menguasai diplomasi terhadap Jepang berperan penting dalam penandatanganan Perjanjian Gyehye yang mengandung sistem perdagangan antara Joseon dan Jepang pada tahun 1443.
Menandatangani Perjanjian Gyehye Yang Menjadi Dasar Diplomasi Antara Joseon Dan Jepang
Perjanjian Gyehye mengenai perdagangan antara Joseon dan Jepang bermanfaat untuk menstabilkan hubungan diplomatik antara kedua negara. Lewat perjanjian tersebut, kawasan selatan Joseon, termasuk Ulsan terasa damai,dan Joseon dapat mengontrol bajak laut Jepang secara efisien. Lee Ye yang menyaksikan budaya Jepang berupaya untuk bertukar budaya antar-negara. Untuk memperingati jasanya, tugu peringatan Lee Ye didirikan di sebuah kuil di Tsushima, Jepang dan raja Sejong juga sangat menghargai Lee Ye. Dengan usainya tugas terakhir dimana menyelamatkan 7 tahanan Joseon, Lee Ye meninggal dunia pada tahun 1445. Kehidupan dan jasa Lee Ye sebagai diplomat cukup menjadi keteladanan bagi diplomat pada era ini.
Source : world.kbs.co.kr
Share : allaboutkoreaandjapan.blogspot.com
TAKE IT OUT WITH FULL CREDIT !!
No comments:
Post a Comment